Jumat, 30 Mei 2014
Kamis, 29 Mei 2014
Tuhan Yesus Naik Ke Sorga
"Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke
sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah."
Markus 16:19
Hari ini kita memperingati peristiwa spektakuler yang menancapkan tonggak
kemenangan iman Kristiani yaitu kenaikan Yesus Kristus, yang terjadi 40 hari
setelah kebangkitanNya.
Mengapa disebut sangat spektakuler dan luar
biasa? Karena Yesus Kristus terangkat naik ke langit disaksikan langsung
oleh murid-muridNya: "...terangkatlah Ia disaksikan oleh
mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang
menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang
berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: 'Hai orang-orang
Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat
ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti
kamu melihat Dia naik ke sorga.'" (Kisah 1:9-11). Ini bukti
nyata dan tak bisa diragukan lagi bahwa Yesus berasal dari Sorga. "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia
yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yohanes
3:13). Maka adalah janji yang pasti jika Yesus menjanjikan tempat di
sorga bagi kita anak-anakNya. "Di rumah Bapa-Ku
banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes
14:2). Saat Yesus kembali ke sorga Ia tidak meninggalkan dan membiarkan
kita sendirian menghadapi pergumulan hidup: "Adalah lebih
berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu." (Yohanes 16:7). Yesus telah menyelesaikan tugas dan menggenapi
misi Allah bagi dunia, karena itu Ia harus kembali ke sorga, bukti bahwa Yesus
adalah benar-benar utusan Allah.
Biarlah melalui peristiwa ini iman setiap orang
percaya makin teguh dan berakar kuat di dalam Tuhan, sebab ada jaminan
keselamatan dan kehidupan kekal di sorga bagi kita yang percaya.
Sebaliknya bagi orang-orang yang tidak percaya dan menolak Dia, penghukuman
kekal sedang menanti.
Hidup kekal bukan omong kosong, tapi jaminan pasti karena telah disediakan
Yesus!
Rabu, 21 Mei 2014
Harga Itu Adalah Komitmen
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan menyelamatkannya."
Lukas 9:24
ia akan menyelamatkannya."
Lukas 9:24
Rasul Paulus menulis: "Dalam rumah yang besar bukan hanya
terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah;
yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud
yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang
jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan,
dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan
yang mulia." (2 Timotius 2:20-21). Segala sesuatu yang memiliki nilai guna
tinggi pasti berharga sangat mahal; sesuatu yang berkualitas juga pasti
sangat mahal harganya. Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti
sangat diragukan. Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau
aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar. Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar. Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Harga itu adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan; mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya. Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu. Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen.
Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah
bukti suatu komitmen. Inilah yang disebut pikul salib. Banyak orang
ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat,
supaya namanya dikenal banyak orang.
Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup: taat
kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa
dan rela menderita bagi Injil Kristus!
dan rela menderita bagi Injil Kristus!
Selasa, 20 Mei 2014
Murah Hatikah Kita?
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." Matius 5:7"
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." Matius 5:7"
Nats diatas menyatakan bahwa jika kita ingin beroleh kemurahan, maka kita
pun harus bermurah hati. Adapun arti kata 'murah hati' adalah
suka memberi, tidak pelit dan suka menolong. Karakter inilah yang harus
dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu
identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah
murah hati. Kemurahan juga merupakan salah satu buah-buah Roh yang harus
kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun faktanya? Banyak orang
Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada
memberi. Padahal Alkitab menyatakan, "Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35). Seringkali
kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia
mendapat sesuatu dari orang lain. Mulai hari ini mindset itu harus dirubah! Justru
kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi. Memberi, saat
memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat
berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat
apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.
Mengapa kita harus murah hati? Karena Bapa kita
di sorga "...seumur hidup Ia murah
hati;" (Mazmur 30:6), dan sebagai
anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah
hati." (Lukas 6:36). Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah
Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi
menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan. Selama
pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan
hati terhadap semua orang. Maka dari itu, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup
sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu
identik dengan berkorban uang atau materi. Tapi kita yang diberkati
Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan
memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai
dengan bersorak-sorai."
Mazmur 126:5
Mazmur 126:5
Selasa, 13 Mei 2014
Mengandalkan Tuhan
"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya
pada TUHAN, Allahnya:"
Mazmur 146:5
Hari-hari ini banyak orang menyerbu toko-toko buku
untuk membeli buku agenda baru dan juga kalender baru
tahun 2013, karena hanya dalam hitungan jam tahun 2012 akan kita
tinggalkan. Dengan memiliki buku agenda baru kita berharap segala yang
kita kerjakan di hari esok akan ter-planning dengan baik. Bahkan
segala harapan baru sudah menari-nari di pikiran. Namun Alkitab
menasihati, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena
engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal
27:1). Boleh saja punya setumpuk rencana dan harapan asalkan kita
senantiasa melibatkan Tuhan, sebab "Hal-hal yang tersembunyi
ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi
kita..." (Ulangan 29:29). Menghadapi hari esok yang tidak
tahu akan seperti apa, tidak ada jalan lain selain menaruh harapan kepada Tuhan
dan mengandalkan Dia dalam segala hal.
Orang yang mengandalkan Tuhan berarti menyadarkan dan mempercayakan
hidupnya kepada Tuhan. "Diberkatilah orang yang mengandalkan
TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7),
hatinya selalu melekat kepada Tuhan. Orang yang senantiasa mengandalkan
Tuhan pasti akan diberkati, disertai dan dilindungi Tuhan. Hidupnya
senantiasa berada dalam pengawasan mata Tuhan. Jadi ia tidak perlu takut
akan datangnya musim kering. Ia diibaratkan seperti pohon yang ditanam
ditepi air, di mana akar-akarnya merambat ke batang
air. Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa menghasilkan buah lebat
dan rasanya manis.
Air berbicara tentang firman Tuhan, dan firman itu adalah Tuhan Yesus
sendiri; Dia juga adalah Sumber Air Hidup itu. Dikatakan, "...barangsiapa
minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus
untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal." (Yohanes 4:14). Inilah janji Tuhan
kepada setiap orang yang melekat kepadaNya: "...maka Aku akan
meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."
(Mazmur 91:14).
Mengandalkan Tuhan adalah kunci kemenangan orang percaya menghadapi hari
esok!
Senin, 05 Mei 2014
IMAN, Dasar Menghadapi Masalah
Baca: Ibrani 10:19-39
"Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." Ibrani 10:38
Keadaan dunia saat ini benar-benar mencemaskan, bencana demi bencana datang silih berganti tiada pernah kita duga. Kita masih ingat bagaimana bencana banjir melanda di hampir seluruh wilayah negeri ini. Kota Jakarta sebagai ibukota negara tak luput dari musibah ini, bahkan banjir bisa dikatakan sebagai tradisi musiman; banjir bandang meluluhlantakkan kota di Manado (Sulawesi Utara), gempa bumi, tanah longsor, gunung Sinabung (Sumut) pun turut menggeliat, kemudian disusul dengan letusan yang dahsyat dari gunung Kelud di Kediri (Jatim). Ribuan orang harus mengungsi dan kehilangan harta benda, perekonomian lumpuh, bahkan banyak korban jiwa berjatuhan. Bumi ini benar-benar sedang bergoncang.
Dalam kondisi seperti ini adakah yang bisa kita banggakan? Uang, deposito di bank, mobil, jabatan, kesemuanya tidak bisa menolong, menjamin dan menyelamatkan kita. Tidak ada jalan lain selain harus makin melekat kepada Tuhan dan menguatkan iman kepadaNya. Memiliki dasar iman yang kuat adalah kunci untuk dapat bertahan menghadapi cobaan dan masalah yang ada. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Dengan iman kita dapat melihat sisi positif di balik setiap masalah atau peristiwa yang sedang terjadi. Tanpa iman kita akan seperti bujang Elisa yang dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran karena ia tidak bisa melihat dan merasakan kehadiran Tuhan. Elisa berkata, "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka. Lalu berdoalah Elisa: 'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:16-17).
Tuhan mengijinkan masalah berat terjadi dalam hidup ini supaya kita selalu berjaga-jaga dan berdoa, serta menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita. Sungguh, di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa!
Bagi orang percaya masalah adalah proses ujian menuju kepada kedewasaan rohani, kenaikan tingkat level iman kita.
Langganan:
Postingan (Atom)