Kamis, 24 Juli 2014

Masih Ada Hari Esok Bagi Orang Benar



Baca:  Amsal 24:1-34

"Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam."  Amsal 24:20

Di ufuk timur sang surya mulai menyapa dengan pancaran sinarnya yang hangat!  Seolah dia berkata,  "Selamat pagi, masih ada harapan untukmu!"  Roda waktu terus berputar melumat semua kenangan yang ada:  suka, duka, pahit, manis, keberhasilan dan juga kegagalan.  Andai waktu bisa diputar lagi mungkin kita tidak mau mengulang kesalahan-kesalahan yang ada, tidak mau gagal, tidak mau mengecap duka dan pahitnya hidup ini.  Semuanya sudah berlalu dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga!  Tanpa terasa sudah 365 hari kita jalani dan kini kaki kita berada di penghujung tahun 2011, tapi bukan berarti akhir dari segalanya.  Sebagaimana mentari yang tidak pernah ingkar bersinar di pagi hari, esok pun masih ada bagi kita.

Mungkin saat-saat ini hati kita mulai tawar oleh karena banyaknya goncangan yang terjadi dalam hidup kita.  Mungkin tatapan mata kita mulai kosong seiring berakhirnya tahun ini.  Namun ingatlah bahwa di dalam Yesus masih ada pengharapan, kesembuhan, pertolongan, berkat, dan keselamatan, karena Dia adalah Sang Pembuat keajaiban.  Mujizat masih ada bagi kita!  Jangan lagi tawar hati!  Karena tawar hati hanya akan menutup visi, menutup semuanya.  Dalam Amsal 24:10 dikatakan,  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  Menghadapi hari esok, orang dunia boleh saja kalut, putus asa dan hilang pengharapan.  Tetapi bagi kita anak-anak Tuhan justru hari esok adalah kesempatan bagi kita untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan.  Pemazamur berkata,  "Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!"  (Mazmur 118:24).  Dunia boleh makin mundur, tetapi kita sebagai anak-anak Tuhan akan semakin mujur.

Karena itu jangan gentar menghadapi hari esok!  Asal kita berjalan bersama Tuhan, hari-hari kita akan dipenuhi oleh kemenangan demi kemenangan.  Tertulis:  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Jadikan hari terakhir di tahun 2011 ini menjadi suatu hari kebangkitan bagi kita karena kita punya Yesus yang jauh lebih besar dari segala-galanya.

"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi;  besar kesetiaan-Mu!"  Ratapan 3:22-23

Rabu, 23 Juli 2014

Forgive.....


Masalah Berat



Baca:  Mazmur 116:1-19


"Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan."  Mazmur 116:3

Topik hari ini adalah gambaran tentang seseorang yang sedang berada dalam pergumulan berat karena beban dan masalah yang menimpa.  Seperti inilah kondisi yang dialami oleh Daud ketika hidupnya terus berada dalam ancaman dan marabahaya oleh karena Saul yang tak pernah berhenti mengejar dan hendak membunuhnya.  "Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku."  (Mazmur 18:5-6).  Dalam keadaan tertekan dan terhimpit tak ada yang bisa dilakukan Daud selain  "...berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya."  (Mazmur 18:7).

Dalam keadaan demikian banyak orang memiliki kecenderungan untuk berputus asa, frustasi, stres, bahkan tidak sedikit yang kehilangan akal sehatnya sehingga tanpa berpikir panjang mereka pun berbuat nekat dengan mengakhiri hidupnya.  Ada pula yang berusaha lari dari masalah dengan menjerumuskan diri kepada hal-hal yang negarif:  terlibat obat-obat terlarang,  'dugem', pergaulan bebas dan sebagainya.  Tidak jarang juga mereka berani marah dan menyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang menimpa hidupnya, sepeerti yang diperbuat oleh isteri Ayub.  Ketika tidak tahan dengan penderitaan dan masalah yang datang secara bertubi-tubi menimpa keluarga dan suaminya, isteri Ayub berkata,  "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"  (Ayub 2:9).

Inilah reaksi alamiah manusia pada umumnya!  Secara manusia Ayub punya banyak alasan untuk mengeluh, kecewa, putus asa atau pun menyalahkan Tuhan walaupun Alkitab menyatakan bahwa Ayub adalah orang yang  "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:1).  Seluruh harta bendanya ludes, kesepuluh anaknya mati dan Ayub pun harus menderita sakit yang sangat parah.  "...dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya."  (Ayub 2:7).  Saat tertimpa masalah berat manusia cenderung putus asa, menyalahkan Tuhan!

Tuhan mengijinkan penderitaan melanda hidup Ayub untuk memprosesnya.