Selasa, 30 September 2014

Membangun Persahabatan




Baca:  Amsal 27:1-27

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  Amsal 27:17

Adakah di antara saudara yang merasa diri tidak membutuhkan orang lain dalam hidup ini?  Atau mungkin ada yang berkata,  "Ah...aku tidak butuh orang lain, karena aku bisa melakukan segala sesuatu sendiri dan punya segala-galanya."  Benarkah demikian?  Sekecil apapun aktivitas keseharian kita akan selalu bersentuhan dengan orang lain, artinya selalu terjalin interaksi dengan orang lain, dengan hadirnya orang-orang di dekat kita.  Di lingkungan tempat tinggal, kita mempunyai tetangga;  di sekolah, kita menghabiskan banyak waktu dengan teman sekelas untuk belajar dan berdiskusi, di tempat pekerjaan ada rekan-rekan kerja yang bekerja sama, bahkan di gereja pun kita membangun persekutuan yang erat dengan saudara-saudara seiman lainnya.

     Ayat nas di atas menyatakan bahwa  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  Artinya pembentukan atau pematangan pribadi seseorang itu sangat ditentukan oleh kerelaannya  'digosok dan digesek'  oleh orang lain.  Dengan persekutuan dengan sesamanya seseorang akan mengalami penajaman-penajaman sebagai proses.  Jadi penajam-penajam kita itu bukanlah dari orang yang jauh, melainkan dari orang-orang yang berada di sekitar kita.  Karena itu  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Dengan siapa kita bergaul dan orang-orang terdekat yang bagaimana itulah yang akan berpengaruh besar dalam perjalanan hidup kita.  Rasul Paulus pun mengingatkan kita,  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Sydney Smith mengatakan,  "Hidup ini harus diisi dengan banyak persahabatan.  Mengasihi dan dikasihi adalah kebahagiaan terbesar dalam kehidupan."  Kehadiran orang lain dalam hidup kita, entah itu teman atau sahabat adalah sangat penting.

     Jika kita rindu memiliki seseorang untuk kita jadikan sebagai sahabat, kita perlu ekstra hati-hati dan harus benar-benar selektif, sebab seorang sahabat bukanlah sekedar teman biasa.  Perjumpaan dengan seorang sahabat bukanlah suatu hal yang secara kebetulan, namun merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan, dan hal itu membutuhkan waktu yang tidak singakat.

Sahabat adalah orang spesial dalam hidup, jadi jangan asal dalam memilih.

Kasih Yang Tulus




Baca:  Amsal 17:1-28

"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  Amsal 17:17

Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika berpendapat tentang arti seorang sahabat:  "Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda."  Artinya seorang sahabat yang sejati itu bukan hadir di kala senang saja, melainkan juga saat susah.  Alkitab lebih jelas menyatakan bahwa  "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,"  Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di  'bawah'  atau jatuh.  Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh apa adanya.

     Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekedar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama.  Tidak seperti Yudas, meski secara kasat mata mencium Yesus, namun sesungguhnya ia menikam dari belakang dan mengkhianati Dia.  "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah."  (Amsal 27:6).  Sikap yang ditunjukkan Yudas adalah bentuk persahabatan yang palsu, penuh kepura-puraan karena ada motivasi yang terselubung.  Kasih yang tulus itu  "...tidak mencari keuntungan diri sendiri."  (1 Korintus 13:5).  Sahabat yang sejati juga akan menjaga komitmennya untuk tidak membuka rahasia pribadi sahabatnya ke orang lain demi kepentingan diri sendiri.  Kasih itu  "...Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."  (1 Korintus 13:7).

     Oleh karena itu  "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib."  (Amsal 17:9).  Kasih yang tulus identik dengan kesetiaan!  Tanpa kasih mustahil seseorang akan menunjukkan kesetiaan dengan sungguh.  Itulah sebabnya  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).

Kasih seorang sahabat tak lekang oleh waktu, penuh komitmen dan teruji kesetiaannya,;  semua dilakukan bukan karena terpaksa, tapi penuh kerelaan.

Minggu, 28 September 2014

Segelas Susu



Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saatseorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar,
oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya danberkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Pada saat ia mendengar nama kota asal siwanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokterKelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut.
Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui siwanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang.Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu,Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan.. . Wanita itu sembuh !!.
Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannyake kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.
Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.. "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa :"Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia"

"Ibu, Wanita Terindah"


 Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Ohhh aku harus menyediakan makan untuknya.
Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja.
Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam.
Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut danâ?¦.. di sanalah sumber "masalah"nya â?¦ sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!
Ohâ?¦Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:
"Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya . Karena aku takut mie"nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainanku, aku minta maaf,ayah â?¦ "
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku, tetapi, aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku. Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, kupeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, ayah".
Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu.
Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis,aku yakin , jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.
Mereka menelponku dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, ayah". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk ibuâ?¦..". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. â?¦. tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan.
Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Aku berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapiâ?¦. aku jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur "ibu sayang", Aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara "Pertunjukan Bakat" di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Ibu, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua. Tapi bu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan ingat kamu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul ?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku
Note : Untuk para suami dan laki-laki, yang telah dianugerahi seorang istri/pasangan yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari pada istrimu. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.
Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yang bisa menggantikannya

Harga Sebuah Keajaiban



Sally baru berumur 8 tahun ketika secara tak sengaja, dia mendengar orang tuanya saling berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi yang menderita sakit parah.
Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan hidupnya, tapi mereka tak punya biaya.
Sally mendengar ayahnya berkata : “Hanya KEAJAIBAN yang bisa menyelamatkannya”.
Lalu Sally membuka celengannya, dikeluarkannya semua isi celengan itu ke lantai dan kemudian menghitungnya.
Dengan membawa uang, Sally menyelinap keluar dan pergi ke apotik.
“Apa yang kau perlukan?” tanya apoteker.
“Saya mau menolong adikku, dia sakit dan saya mau membeli keajaiban” jawab Sally
“Apa?!" Sang apoteker sedikit bingung.
“Ayahku mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya. Jadi berapa harganya ?”
“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil” jawab apoteker.
“Tapi saya punya uang. Katakan saja berapa harga keajaiban ?”
Seorang pria berpakaian rapi yang yang mendengar percakapan Sally dan apoteker mendekat dan bertanya :
“Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan adikmu ?”
“Saya tak tahu” jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya.
“Saya hanya tahu dia sakit parah dan ayah mengatakan bahwa ia perlu dioperasi"
Orang tuaku tak mampu membayarnya, tapi saya punya uang ini”
“Berapa uang yang kamu punya?” tanya pria itu lagi.
“Satu dollar, sebelas sen” jawab Sally dengan yakin.
“Kebetulan sekali”, kata pria itu sambil tersenyum, “Satu dollar dan sebelas sen, harga yang tepat untuk membeli keajaiban, yang dapat menolong adikmu!”
Orang itu mengambil uang Sally, kemudian memegang tangan Sally:
“Bawa saya kepada adikmu, saya mau bertemu dengannya dan orang tuamu”
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak butuh waktu yang lama Georgi kembali ke rumah dalam keadaan sehat.
Orang tuanya sangat bahagia.
Sally tersenyum...
Dia tahu pasti berapa harga keajaiban tersebut, Satu dollar dan sebelas sen! ditambah dengan keyakinan.
When u think that there's no miracle, you're wrong !
Keep your Faith and Keep praying!

Rabu, 24 September 2014

Atmosfer Kerajaan Sorga



Baca:  Mazmur 147:1-20

"Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu."  Mazmur 147:1

Ayat nas menyatakan bahwa bermazmur bagi Tuhan itu baik dan indah di pemandangan mata Tuhan, maka sudah selayaknya setiap orang percaya memiliki kehidupan yang dipenuhi oleh puji-pujian.

     Jangan sekali-kali kita terintimidasi oleh keadaan atau situasi yang ada, yang seringkali menghalangi kita untuk memuji dan menyembah Tuhan, sebab ada banyak orang Kristen yang sukar sekali diajak memuji dan menyembah Tuhan karena hatinya masih terbelenggu oleh beban dan permasalahan hidup.

     Tuhan menghendaki setiap anak-Nya memiliki gaya hidup suka memuji dan menyembah Tuhan, apa pun keadaannya.  Memuji dan menyembah Tuhan yang bukan sekedar formalitas berdasarkan liturgi belaka, atau hanya sebatas lips service, tapi pujian dan penyembahan yang ke luar dari sikap hati yang tulus, yang didasari kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan dan menyenangkan Dia.  Jangan sampai Tuhan menilai kita demikian:  "...bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,"  (Yesaya 29:13).

     Memuji dan menyembah Tuhan haruslah menjadi gaya hidup kita sehari-hari tanpa harus dibuat-buat dengan harapan beroleh pujian dari orang lain yang melihatnya.  Atmosfer Kerajaan Sorga itu dipenuhi oleh pujian dan penyembahan.  Nah, oleh karena kewargaan kita adalah warga Kerajaan Sorga  (baca  Filipi 3:20), maka kita pun harus membiasakan diri akan atmosfer ini dengan suka memuji serta menyembah Tuhan.

     Rindu menjadi bagian orang-orang yang turut memerintah dalam Kerajaan Sorga?  Jadilah pemuji-pemuji Tuhan.  Inilah atmosfer yang disukai Tuhan, suatu pujian dan penyembahan yang ke luar dari hati yang tulus dan mengasihi Dia.

Saat kita memuji dan menyembah Tuhan Dia bergerak bebas dan berkarya.

Bersemayam Diatas Pujian



Baca:  Mazmur 22:1-32

"Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  Mazmur  22:4

Tak bisa dibayangkan Tuhan dengan segala kemahaan-Nya melawat dan tinggal di setiap pujian dan penyembahan yang sedang kita naikkan.  Hal itu membuktikan bahwa Tuhan selalu ada dan akan menyatakan kuasa-Nya saat puji-pujian yang diperuntukkan bagi-Nya berkumandang.  Kehadiran-nya itu pun pasti disertai dengan perbuatan-Nya yang heran dan ajaib:  kesembuhan, pengampunan, kemurahan, kebaikan dan segala perkara yang baik.  "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa"  (Yakobus 1:17)

     Apa yang Saudara pergumulkan saat ini?  Jangan diam saja dan membisu, angkat suaramu dan naikkan pujian bagi Tuhan, sembahlah Dia.  Semua kerinduan kita pasti Tuhan sediakan saat kita memuji-muji Dia, sebab Dia bersemayam di atas puji-pujian kita bukan hanya saat kita beribadah, namun kapan pun waktunya dan di manapun tempatnya.  Tuhan hadir saat kita memuji Tuhan di rumah, di kamar, saat memasak, saat mengendarai mobil, di tempat kerja, di sekolah atau di dapur saat memasak sekalipun.  Jadi pujian dan penyembahan itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya setiap kali kita memuji, meninggikan, mengagungkan dan menyembah Tuhan Ia selalu hadir untuk memenuhi kerinduan kita, karena Dia tak dapat menolak pujian dan penyembahan kita.

     Kata bersemayam bisa diartikan bahwa Tuhan hadir dengan segala kuasa dan otoritas-Nya;  bukan hanya itu, Dia juga akan tinggal diam dan bergaul karib dengan kita.  Pemazmur mengatakan,  "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Perjanjian-Nya saja Ia beritahukan, terlebih lagi apa pun yang kita minta dan perlukan pasti juga diberikan-Nya bagi kita.  "...jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).  Memuji dan menyembah Tuhan itu membawa keuntungan besar bagi yang melakukannya.

Selagi kita masih bernafas jangan pernah berhenti untuk memuji dan menyembah Tuhan!

Sesuai Standar Tuhan



Baca:  Ulangan 10:12-22

"...selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,"  Ulangan 10:12

Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri apakah ibadah dan pelayanan kita pasti berkenan dan menyenangkan hati Tuhan?  Ataukah kita bersikap masa bodoh?

     Ketahuilah, Tuhan memiliki standar kualitas yang menjadi ketetapan-Nya untuk mengukur kelayakan ibadah dan pelayanan seseorang.  "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  Kata ibadah berasal dari kata Yunani latreia, artinya pelayanan;  kata sejati berasal dari kata Yunani logika, yang bisa diartikan sesuatu yang pantas dan masuk akal.  Secara harfiah ibadah sejati berarti pelayanan yang pantas atau memenuhi syarat.

     Adapun pelayanan yang pantas dan memenuhi syarat yang dikehendaki Tuhan adalah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai korban.  Tanpa itu, ibadah atau pelayanan yang kita kerjakan tidak akan berkenan kepada Tuhan.  Mempersembahkan tubuh sebagai korban berarti memberi, yaitu mengalihkan atau memindahkan hak milik dari si pemberi kepada si penerima.  Sudahkah kita menyerahkan hidup kita secara penuh kepada Tuhan sebagai persembahan sejati?  Inilah yang diperbuat Paulus:  "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).  Inilah hakikat ibadah dan pelayanan yang berkenan kepada Tuhan!  Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita sebatas rutinitas dan liturgi belaka, tapi harus ada penyerahan diri total kepada kehendak Tuhan dan ada penyaliban daging.  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Jadi, ibadah yang sejati adalah persembahan  'tubuh'  yang sudah dibaharui dan kesediaan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus.

Selama kita masih mencemarkan diri dengan dunia, ibadah dan pelayanan kita belum sesuai standar Tuhan!

Memperioritaskan Tuhan



Baca:  Matius 6:25-34

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  Matius 6:33

Banyak orang Kristen bertanya-tanya dalam hati,  "Kalau kita mengikut Tuhan, katanya hidup kita akan diberkati, apa saja dibuat-Nya berhasil, semua usaha akan lancar dan kita akan terbebas dari masalah.  Namun mengapa tidak demikian?"  Adalah benar bila hidup di dalam Tuhan itu selalu ada berkat, perlindungan dan juga jaminan pemeliharaan karena ada penyertaan Tuhan di setiap langkah hidup kita.  Inilah janji Tuhan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Tapi adakalanya dalam perjalanan hidup ini kita diperhadapkan dengan jalan yang berbatu, penuh cadas dan mendaki, ada masalah dan juga ujian.  Namun yakinlah bahwa semuanya adalah bagian dari proses yang harus kita jalani.  "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu."  (1 Korintus 10:13b).  Tuhan selalu buka jalan saat tiada jalan, tangan-Nya selalu menopang kita saat jatuh sehingga kita tidak sampai tergeletak  (baca  Mazmur 37:24).

     Agar janji berkat pertolongan, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan benar-benar digenapi dalam hidup ini ada harga yang harus kita bayar, yaitu  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (ayat nas).  Kata mencari menunjuk kepada usaha yang dilakukan dengan sungguh dan secara terus-menerus sampai mendapatkan sesuatu.  Artinya kita harus menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup ini;  mengejar perkara-perkara rohani lebih daripada perkara-perkara yang ada di dunia.  Rasul Paulus pun menasihati,  "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:1-2).  Melalui pertolongan Roh Kudus kita berusaha menaati perintah Tuhan.  Jika kita melakukan apa yang diperintahkan Tuhan ini, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa kuatir dan cemas akan kebutuhan kita sebab semuanya pasti akan disediakan Tuhan.

     Sudahkah kita memperhatikan jam-jam doa, menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman-Nya, tekun beribadah serta melayani Dia sepenuh hati?

Bila kita belum melakukan itu artinya kita belum memprioritaskan Tuhan.

Rabu, 10 September 2014

Dirancang Untuk Menyembah



Baca:  Mazmur 148:1-14

"Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta."  Mazmur 148:5

Sejak dari semula manusia dicipta dan dirancang Tuhan untuk menyembah Dia, karena itu secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah sesuatu.  Sayang, tidak semua manusia menyembah Tuhan, malah menyembah obyek yang salah:  menyembah dewa-dewa, patung, binatang, pohon, gunung, batu, kuburan, matahari dan sebagainya.  Padahal tiada lain yang layak disembah selain daripada Tuhan.  Adapun arti dari penyembahan  (proskuneo)  adalah sikap tubuh yang menyembah sampai ke tanah yang menunjukkan suatu penghormatan, pengaguman dan kasih kepada Tuhan.

     Penyembahan itu tidak berbicara tentang bakat atau talenta seseorang dalam hal bernyanyi.  Mungkin ada orang Kristen yang berkata,  "Suaraku tidak bagus, karena itu aku tidak bisa menyembah Tuhan;  karena aku seorang penyanyi yang sudah menghasilkan album rohani maka aku harus banyak menyembah Tuhan;  karena dipercaya melayani sebagai worship leader dan singer digereja, maka aku harus meluangkan banyak waktu untuk menyembah Tuhan."  Jika kita memandang penyembahan itu hanyalah sebuah bakat atau talenta semata maka penyembahan kita tidak akan bertahan lama.  Perlu digarisbawahi di sini bahwa penyembahan itu adalah sepenuhnya tentang Tuhan.  Jika kita menyadari akan hal ini maka kita akan menjadikan penyembahan itu sebagai gaya hidup, di mana kita akan menyembah Tuhan di segala keadaan:  baik itu susah dan senang, saat baik atau buruk, kondisi sehat maupun sakit, berhasil atau gagal, keberkatan atau krisis, atau saat ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi sekalipun.

     Penyembahan yang benar kepada Tuhan tidak terbatas pada ruang dan waktu, atau saat menghadiri ibadah di gereja atau persekutuan saja, tapi di mana pun kita berada dan kapan pun itu, karena kita tahu bahwa penyembahan adalah sepenuhnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia;  Dialah yang menjadi alasan utama kita untuk tetap menyembah.

Inilah yang sedang Tuhan cari:  hati manusia yang dengan kerinduan dan kesadaran penuh datang menyembah Dia, bukan karena tradisi atau liturgi belaka.

Hidup Tanpa Kepahitan (II)



Baca:  Mazmur 73:1-24

"...hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,"  Mazmur 73:21

Jika kita menyadari bahwa dalam menjalani hidup ini kita tidak sendiri, maka seberat apa pun masalah, kesesakan, atau penderitaan tidak akan memahitkan hati kita.  Kita harus selalu ingat bahwa ada pribadi yang tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita yaitu Tuhan Yesus.  Janji-janji-Nya kepada kita,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

     Inilah yang seharusnya menguatkan dan menghibur kita!  Kita tidak perlu takut dan kuatir bahwa Tuhan akan meninggalkan atau membiarkan kita,  "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 'Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'"  (Ibrani 13:6).  Karena itu bangunlah persekutuan yang karib dengan Tuhan setiap hari.  Saat kita tinggal di dalam hadirat-Nya kita akan selalu diingatkan bahwa Tuhan selalu ada di pihak kita dan menyertai kita, bahkan penyertaan-Nya atas kita sampai kesudahan zaman  (baca  Matius 28:20).  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  (Ibrani 12:2).  Percayalah bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita, dan pada saat yang tepat Tuhan pasti memberikan jalan keluar yang terbaik  (baca  1 Korintus 10:13).  Seringkali ketika situasi-situasi di sekitar kita tampak begitu buruk dan tidak sesuai harapan, arah mata kita semata-mata tertuju kepada masalah, bukan kepada Tuhan dan janji firman-Nya, sehingga hari-hari kita pun dipenuhi kepahitan.

     Kepahitan sama sekali tidak membawa dampak positif dalam hidup kita, sebaliknya, ia hanya akan merusak dan menghancurkan.  Selama kita hidup dalam kepahitan berarti kita belum sepenuhnya hidup sebagai  'manusia baru'  melainkan masih mengenakan  'manusia lama'.  Bukankah setiap orang yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru?  (baca  2 Korintus 5:17).  Oleh karena itu mari kita buang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah dan juga segala kejahatan  (baca  Efesus 4:31).  Saat kita membuang segala kepahitan, kita akan mendapatkan sukacita, damai dan hal-hal baik lainnya.

Hidup kita terlalu berharga bila diisi dengan kepahitan hati!

Selasa, 09 September 2014

Jalan Keluar Atas Masalah




Baca:  Mazmur 34:16-23

"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  Mazmur 34:20

Pembebasan lain yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya adalah membebaskan dari segala kesesakan dan penderitaan, artinya selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah dan kesesakan yang kita alami.  Maka dari itu saat dalam masalah jangan sekali-kali menjauhkan diri dari Tuhan, apalagi sampai meninggalkan Dia.  Kita harus lebih lagi mencari wajah Tuhan, karena semakin kita melangkah jauh dari Tuhan semakin jauhlah kita dari tangan-Nya yang kuat, sehingga kita semakin tidak punya kekuatan menghadapi masalah.  Sebaliknya jika kita tinggal dekat Tuhan ada jaminan perlindungan.  "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Sehelai rambut pun tidak akan jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan  (baca  Matius 10:30).

     Ketika para rasul  (utusan Tuhan)  ditangkap oleh Imam Besar dan orang-orang Saduki yang membencinya dan dimasukkan ke dalam penjara kota, tiba-tiba  "...waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."  Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk membebaskan rasul-rasul itu dengan cara-Nya yang ajaib,  "...sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."  (Mazmur 91:11).  Sangat jelas bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk membebaskan, melepaskan dan meluputkan umat-Nya dari segala bentuk kesukaran, ujian dan pergumulan yang ada.  Salah satu caranya adalah mengirimkan para malaikat-Nya untuk menjaga di segala jalan kita.  Malaikat-malaikat diutus Tuhan untuk melayani umat yang memerlukan pertolongan-Nya.  Janji perlindungan Tuhan pun benar-benar terbukti.

     Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di segala aspek hidup ini,  "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5), maka pada saat yang tepat Tuhan akan bertindak menolong kita dan meluputkan kita dari kesukaran.

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  Filipi 4:13

Hidup Tanpa Kepahitan (I)



Baca:  Keluaran 1:1-22

"Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu."  Keluaran 1:13-14

Dari pembacaan firman hari ini dinyatakan bahwa Iblis memakai Firaun untuk  'memahitkan'  hati bangsa Israel dengan pekerjaan yang berat dan kejam.  Kekejaman orang-orang Mesir membuat bangsa Israel mengalami kepahitan yang luar biasa.  Bangsa Israel adalah contoh nyata dampak buruk yang ditimbulkan oleh rasa pahit yang terpendam bertahun-tahun di dalam hati.  Perlakuan kejam bangsa Mesir benar-benar menorehkan luka mendalam di hati mereka.

     Kepahitan itu bisa digambarkan seperti sebuah akar.  Akar tidak bisa dilihat karena berada jauh di dalam tanah, tapi kita dapat merasakan dan melihatnya dari buah yang dihasilkannya.  Akar yang pahit menghasilkan buah yang pahit juga.  "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat."  (Matius 12:34b-35).  Karena itu kita harus bisa menjaga kondisi hati kita.  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23).  Karena hatinya teramat pahit, bangsa Israel pun menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan.

     Bagaimana supaya terbebas dari kepahitan hati?  Semua tergantung bagaimana kita menyikapi setiap permasalahan yang terjadi.  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Kita harus membuat suatu tindakan nyata untuk melepaskan diri dari belenggu kepahitan itu.  "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit..."  (Ibrani 12:15).  Akar pahit akan semakin tumbuh subur apabila kita hidup jauh dari kasih karunia Tuhan.  Hanya oleh kasih karunia Tuhanlah kita dituntun kepada kehidupan yang terbebas dari kepahitan.  Maka dari itu bukalah hati dan ijinkan Roh Kudus memimpin langkah hidup kita.

Jika senantiasa dipimpin Roh Kudus, hati kita akan terbebas dari kepahitan!

Senin, 01 September 2014

Setia Dan Bertanggung Jawab




Baca:  Matius 25:14-30

"Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."  Matius 25:29

Talenta yang ada pada kita harus dikembangkan supaya makin bertambah atau berlipat ganda.  Jika kita tidak mau mengembangkannya, tidak mau bekerja, diam saja, bersikap pasif, itu sama artinya kita tidak menghargai Tuhan sebagai pemberi talenta.

     Maukah kita disebut sebagai hamba-hamba Tuhan yang jahat dan tidak setia?  Suatu kelak nanti kita akan dimintai pertanggungan jawab di hadapan Tuhan perihal talenta ini.  Apakah kita seperti hamba yang menerima lima atau dua talenta, yang dengan setia mengembangkan talentanya, sehingga Tuhan berkata:  "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  (ayat 21 dan 23).  Ataukah kita bertindak seperti hamba yang diberi satu talenta, yang tidak setia dan tidak mau mengembangkan talenta yang ada, malahan  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (ayat 18), dan inilah konsekuensi yang harus ditanggung:  "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (ayat 30).  Dalam mengembangkan talenta, kita tidak perlu fokus kepada berapa besarnya hasil yang akan kita dapatkan, sebab Tuhan tidak memuji para hambanya berdasarkan jumlah hasil atau besarnya laba, melainkan Tuhan memuji sikap hati dan kesetiaan mereka dalam melakukan apa yang diperintahkan-Nya.  Meski demikian, bagi seseorang yang telah diberikan talenta lebih baik, wajib untuk menghasilkan laba yang lebih besar pula bagi Tuhan, tidak bisa tidak!

     Setiap utusan Tuhan kita harus belajar menjadi orang-orang setia dan bertanggung jawab terhadap apa pun yang dipercayakan kepada kita.  Mari kita kembangkan talenta kita semaksimal mungkin untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan!

"Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."  Lukas 12:48b

Mengembangkan Talenta



Baca:  Matius 25:14-30

"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka."  Matius 25:14 

Dalam hal melayani pekerjaan-Nya Tuhan tidak hanya sekedar mengutus anak-anak-Nya, tapi Dia juga membekali setiap orang percaya dengan talenta,  "...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,"  (Efesus 4:12).  Jadi tidak ada alasan bagi kita berkata  'tidak'  terhadap panggilan Tuhan!

Talenta berbicara tentang banyak hal:  bakat, kecakapan, keahlian, kemampuan, harta dan sebagainya sebagai sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita.  Adapun besarnya talenta dari tiap-tiap orang itu berbeda-beda:  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:16).  Dalam Perjanjian Lama talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram.  Dalam Perjanjian Baru talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya yaitu 6000 dinar.  Dinar adalah mata uang Romawi.  Satu dinar sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari, jadi 1 talenta = upah 6000 hari  (identik dengan upah hampir enam setengah tahun!).  Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidak memberikan talenta kepada manusia, bahkan minimal Dia akan memberikan satu talenta kepada seseorang, yang sesungguhnya memiliki nilai yang sangat besar.  Sedangkan pemberian talenta itu sendiri bukan karena kita yang memintanya kepada Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah kewenangan Tuhan;  Ia sendiri yang menentukan.  Maka dari itu kita pun tidak boleh menuntut kepada Tuhan, atau membanding-bandingkan talenta yang Tuhan berikan kepada kita dengan yang Tuhan berikan kepada orang lain.  dengan demikian tiap-tiap orang sudah mendapatkan porsinya masing-masing, yang kesemuanya itu didasarkan pada kesanggupan kita!

     Tuhan menghendaki kita mengembangkan setiap talenta yang Dia berikan itu!  Jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan  'menyimpan'  serta  'menyembunyikannya'  di dalam tanah, seperti yang diperbuat oleh hamba yang menerima satu talenta  (Matius 25:18), padahal kita diberi waktu dan kesempatan yang sama.

Sudahkah kita mengembangkan setiap talenta yang Tuhan berikan?

Orang Percaya, Menghasilkan Buah




Baca:  Yohanes 15:1-8

"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."  Yohanes 15:8

Sebuah pohon dapat menghasilkan buah dalam jumlah banyak, hanya dari satu batang pohon.  Dengan cara yang sama pula Roh Kudus menjadi sumber dari buah-buah dalam kehidupan orang percaya.  Semakin kita melekat kepada Pokok Anggur dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus semakin kita memancarkan karakter seperti Kristus dan hal ini membawa kemuliaan bagi Bapa.

     Ada pun langkah menuju kepada kehidupan Kristen yang berbuah adalah:  "Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita."  (1 Yohanes 2:5).  Ketaatan kita terhadap firman Tuhan adalah bukti kita tinggal di dalam firman-Nya.  Jika kita tidak menaati firman-Nya, sampai kapan pun kita tidak akan pernah berbuah.  Ada konsekuensi bagi orang-orang yang tidak mau tinggal di dalam firman-Nya, tidak melekat pada Pokok Anggur dan yang hidupnya tidak berbuah, yaitu  "...ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar."  (Yohanes 15:6).

     Buah-buah apa yang seharusnya dihasilkan oleh orang percaya?  Buah jiwa-jiwa, yaitu orang-orang yang kita bawa kepada Kristus oleh karena dampak dari kehidupan kita yang menjadi berkat dan kesaksian bagi mereka.  Buah pelayanan, yaitu waktu, tenaga, pikiran, talenta yang kita curahkan untuk melayani Tuhan dan juga materi yang kita persembahkan untuk mendukung pekabaran Injil di bumi.  Milikilah roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, sebab jerih lelah kita tidak akan pernah sia-sia.  Melalui pelayanan ini kita percaya bahwa Injil makin berkembang dan disebarluaskan ke seluruh penjuru ujung bumi.  Buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.  Ke-9 buah Roh ini hanya dapat dihasilkan bila kita mau tinggal di dalam Tuhan dan melekat kepada-Nya.

Berbuah adalah tanda bahwa kerohanian seseorang itu hidup dan bertumbuh!

Jangan Lari Dari Panggilan




Baca:  Yunus 1:1-17

"Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN;"  Yunus 1:3

Di masa-masa sekarang ini ada banyak orang Kristen, yang awalnya memiliki semangat menggebu-gebu dalam melayani Tuhan dan begitu antusias mengembangkan talentanya, kini berangsur-angsur surut semangatnya dan tidak lagi setia.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena mereka tidak tahan menghadapi tantangan atau masalah yang ada.  Mereka pun berusaha memutar otak mencari alasan untuk menghindarkan diri dari panggilan Tuhan dan mulai menimbang-nimbang jika diutus oleh Tuhan.

     Yunus adalah contoh utusan Tuhan yang mencoba lari dari panggilan Tuhan karena takut menghadapi tantangan.  Berfirmanlah Tuhan kepada Yunus,  "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."  (ayat 2).  Pada saat diutus Tuhan untuk pergi ke Niniwe Yunus justru memilih lari dari tanggung jawabnya dan pergi ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan.  Yunus memilih untuk menuruti keinginan dagingnya daripada harus tunduk kepada kehendak Tuhan, padahal keinginan daging itu berlawanan dengan keinginan Roh!  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).  Akibat lari dari dari panggilan Tuhan ini Yunus harus mengalami masalah yang hebat,  "...TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur."  (Yunus 1:4).  Bahkan Yunus harus mengalami peristiwa paling mengerikan seumur hidupnya yaitu masuk dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.  Namun Tuhan mengasihi Yunus sehingga Dia memberi kesempatan Yunus bertobat.  Akhirnya Yunus pergi ke Niniwe dan menjalankan tugasnya sebagai utusan Tuhan.  Melalui pelayanannya orang-orang Niniwe bertobat dan seluruh penduduk kota itu diselamatkan.

     Jika kita dipercaya Tuhan melayaniNya mari melakukannya dengan setia dan penuh tanggung jawab, karena tidak semua orang beroleh kesempatan yang sama.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

OTNIEL, Tuhan Adalah Kekuatan




Baca:  Yosua 15:13-19

"Dan Otniel, anak Kenas saudara Kaleb, merebut kota itu; lalu Kaleb memberikan kepadanya Akhsa, anaknya, menjadi isterinya. "  Yosua 15:17

Otniel adalah salah satu dari tentara yang beserta dengan Kaleb mampu menguasai dan merebut Kiryat-Arba, yaitu Hebron.  Ia adalah anak Kenas, saudara daripada Kaleb sendiri.  Ada pun arti nama Otniel adalah  'Tuhan adalah kekuatan'.

     Suatu ketika Kaleb mengadakan sebuah sayembara:  siapa saja yang dapat menaklukkan dan merebut Kiryat-Sefer, akan diberikannya anak perempuannya, Akhsa, sebagi hadiah.  Kita tahu bahwa penduduk Kiryat-Arba ataupun Kiryat-Sefer adalah orang-orang berperawakan tinggi seperti raksasa, suatu negeri yang memakan penduduknya, bahkan sepuluh pengintai yang diutus Musa mengatakan,  "...kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."  (Bilangan 13:33).  Namun meski harus menghadapi orang-orang raksasa, Otniel tidak sedikit pun menunjukkan rasa gentar dan takut, melainkan merespons tantangan Kaleb itu dengan sikap seorang pemberani;  ia dengan penuh keberanian menghadapi penduduk Kiryat-Sefer.  Keberhasilannya menggempur dan merebut Kiryat-Sefer membuat Otniel tampil sebagai pemenang sayembara dan ia pun berhak mendapatkan Akhsa sebagai isteri.  Keberanian yang ditunjukkan oleh Otniel ini bukan didasari oleh keinginannya untuk mendapatkan Akhsa semata, juga bukan karena perbuatan nekat, namun ia memiliki dasar iman yang kuat di dalam Tuhan.  Otniel berani berperang melawan musuh oleh karena ia mengandalkan Tuhan.  Otniel sangat percaya jika ia senantiasa berjalan bersama Tuhan dan melibatkan Dia di setiap langkahnya, tidak ada yang perlu ditakutkan.  "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."  (Keluaran 14:14).  Sungguh benar apa yang dikatakan bani Korah dalam mazmurnya,  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Tuhan telah menjadi kekuatan dan penolong bagi Otniel!

     Karena memiliki keberanian dan semangat kepahlawanan yang luar biasa, Tuhan pun mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar kepada Otniel di kemudian hari!

Otniel diangkat Tuhan sebagai hakim atas Israel,  "Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya."  Hakim-Hakim 3:11

BERITA SALIB, Kebodohan Bagi Dunia




Baca:  Roma 6:15-23

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  Roma 6:23

Ayat nas menyatakan upah dosa ialah maut.  Akibat dosa dan pelanggaran, manusia suatu saat akan mati dan akan menerima penghukuman kekal.  "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,"  (Ibrani 9:27).

     Sangat berbeda dengan Yesus Kristus, Dia mati bukan seperti manusia sebagai akibat dari dosa yang telah diperbuat-Nya, sebab Dia tidak memiliki satu noda dosa pun.  Yesus Kristus tidak dilahirkan di dalam dosa seperti kita.  "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."  (Mazmur 51:7).  Tetapi Yesus Kristus dilahirkan oleh Roh Kudus, di mana benih dan tubuh-Nya dalam rahim perawan Maria disediakan oleh Allah sendiri.  Tertulis:  "Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki-tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku-."  (Ibrani 10:5).  Jadi Yesus Kristus adalah rupa Allah dalam manusia.  Akan tetapi fakta sejarah menyatakan bahwa Yesus Kristus mati tersalib si Kalvari.  Itulah sebabnya manusia tidak dapat memahaminya, bahkan mereka menghujat dan menolak-Nya.  "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).  Memang manusia tidak akan dapat memahami dan mengenal jalan-jalan Allah karena pikiran dan akalnya yang sangat terbatas.

     Bagi kita orang yang percaya, Yesus Kristus mati dan kemudian bangkit di hari yang ke-3 adalah sebuah kebenaran dan bukti dari kekuatan Allah dan hikmat Allah yang tak terselami.  Yesus Kristus mati untuk menggantikan kita;  Yesus Kristus dihukum karena pelanggaran-pelanggaran kita.  Yesus Kristus mati sebagai korban perdamaian atau korban pendamaian untuk keselamatan kita.  Darah-Nya yang tercurah di atas kayu salib menghapus segala dosa kita.  Tubuh-Nya yang hancur dan terpecah-pecah telah menyembuhkan segala penyakit kita.  Melalui pengorban Yesus Kristus ini kita yang percaya kepada-Nya beroleh keselamatan yang sempurna.

Penghukuman kekal telah tersedia bagi siapa saja yang menolak Yesus Kristus!

Meremehkan Hak Kesulungan (II)



Baca:  Ibrani 12:15-17

"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."  Ibrani 12:16

Menyandang status sebagai anak-anak Tuhan berarti memiliki  'hak kesulungan'  yaitu hak untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga dan juga memerintah bersama dengan Kristus;  artinya hak kesulungan yang kita terima memiliki nilai yang jauh lebih besar dan mulia daripada sekedar harta warisan yang ada di dunia ini.  Karena itu berhati-hatilah!  Jangan sampai kita menjual hak kesulungan kita hanya demi pasangan hidup, harta kekayaan, jabatan/pangkat atau popularitas yang sifatnya hanya sementara.

     Kalau kita tahu dan menyadari bagaiman proses seseorang memperoleh hak kesulungan, kita sekali-kali tidak akan pernah menyepelekan, memandang rendah dan menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan ini.  Alkitab menyatakan:  "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."  (Yohanes 6:44).  Tuhan Yesus juga menegaskan,  "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Artinya tidak ada sedikit pun campur tangan manusia sehingga manusia dapat menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Tertulis:  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).  Jadi jikalau ada seseorang yang meremehkan kasih karunia Allah ini, maka orang tersebut akan bernasib seperti Esau,  "...ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata."  (Ibrani 12:17).

     Ingatlah Saudaraku, keberadaan kita ini berbeda dengan orang-orang dunia, karena kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang telah dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Jadi kita harus menghormati dan menghargai kasih karunia Tuhan ini dengan hati yang takut dan gentar.

Akankah kita mengikuti jejak Esau, yang harus kehilangan berkat-berkat Tuhan yang luar biasa karena tergiur dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia?

Meremehkan Hak Kesulungan (I)




Baca:  Kejadian 25:1-19-34

"Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"  Kejadian 25:32

Pada zaman Israel kuno setiap anak laki-laki sulung memiliki hak kesulungan, yaitu hak yang dimiliki oleh anak sulung yang terdiri atas:  hak kepemimpinan dalam ibadah dan keluarga, bagian ganda dalam harta warisan, hak memperoleh berkat perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham.

     Dalam pembacaan Alkitab hari ini dikisahkan bahwa Esau, yang adalah anak sulung Ishak, memilih untuk menjual hak kesulungannya demi semangkuk sup kacang merah.  Menjual hak kesulungan menunjukkan bahwa Esau memandang rendah berkat-berkat Allah dan janji-janji perjanjian-Nya.  Bahkan Alkitab menyatakan bahwa Esau mempunyai nafsu yang sangat rendah karena menjual hak kesulungannya dengan makanan.  Tindakan Esau ini merupakan sebuah tindakan yang sangat bodoh.  Berbeda dengan sikap Yakub yang justru sangat menghargai dan menghormati hak kesulungan, karena ia tahu bahwa ada berkat-berkat yang luar biasa di balik hak kesulungan tersebut;  karena itu Yakub mengejarnya begitu rupa supaya ia memperoleh berkat dari ayahnya, Ishak, sehingga Esau pun benar-benar kehilangan hak kesulungannya itu.  Alkitab pun menyatakan bahwa karena sikapnya inilah maka Tuhan lebih mengasihi Yakub dan membenci Esau  (baca  Maleakhi 1:2-3).  Mengapa?  Karena Esau tidak menghargai berkat yang datang dari Tuhan.  Akhirnya dari Yakublah lahir kedua belas suku Israel.

     Tindakan Esau meremehkan hak kesulungan adalah gambaran kehidupan banyak orang Kristen di akhir zaman ini, yang meremehkan anugerah keselamatan demi kenikmatan duniawi atau hal-hal yang fana.  Mereka meninggalkan Yesus dan memilih mencintai dunia ini, padahal Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan lahir baru berhak menerima hak kesulungan, yaitu sebagai ahli waris Kerajaan Sorga, karena telah diangkat sebagai anak-anak Allah.  Tertulis:  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17).  Jadi,  "...jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

Meremehkan hak kesulungan berarti meremehkan kasih karunia Tuhan!