(1 Samuel 2:30-36 ; 3:20 ; 7:15-17)
Saat Elia menjadi Imam besar dan hakim atas Israel, Allah jarang sekali berfirman, bahkan tidak ada penglihatan (1 Sam 3:1). Tetapi saat Samuel yang berasal dari suku Lewi tinggal sebagai pelayan yang setia dan menghormati namaNya. Allah menyampaikan nubuatan dan tuntunannya.
Karena bentuk pemerintahan Israel adalah teokrasi, seharusnya anak cucu Eli yang adalah keturunan Imam besar Harun, yang berhak meneruskan kepemimpinan atas Israel. Tetapi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anak-anaknya Hofni dan Pinehas membuat Allah memutuskan untuk mencabut tampuk kepemimpinan itu dari keluarga Eli. "......Sesungguhnya Aku telah berjanji; keluargamu dan kaummu akan hidup dihadapanKu selamanya, tetapi sekarang demikianlah Firman Tuhan jaulah itu dari padaKu! sebab siapa yang menghormati Aku akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. Sesungguhnya akan datang waktunya bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu, dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu" (1 Sam 2:30-31).
Ketika Imam Eli memimpin, Isreal mengalami krisis moral dan kepemimpinan, saat itulah Samuel tampil sebagai pribadi yang cocok untuk menduduki kursi kepemimpinan. Ketulusan dan ketaatan Samuel membuat Allah kembali tersenyum setelah Ia kecewa melihat keluarga Eli.Allah memilih Samuel sebagai pengganti Eli untuk memimpin umat pilihanNya.
Lalu pelajaran penting apa yang harus kita petik dari semua ini?
Pertama, Allah tidak pernah mengambil Alih tanggungjawab dan kepercayaan dari tangan seseorang, atau dari Hofni dan Pihenas jika mereka mampu menjadi pribadi yang tetap setia dan dapat dipercayai Tuhan. Karena itu umat Tuhan, apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita saat ini , kerjakanlah dengan sepenuh hati agar Allah tidak mengambil alih hal itu dan memberikannya pada orang yang lebih bisa dipecaya untuk mengembangkannya (Lukas 19:26).
Kedua, saat Allah melihat seseorang dapat dipercaya, maka Allah akan mengangkat dan menambah-nambahkannya. Dari pelajaran hidup Samuel kita menyaksikan bahwa Allah yang setia pada janjiNya berkenan mengangkat seorang pelayan menjadi Top Leader bagi bangsa yang besar. Dua peristwa ini menjadi bukti bahwa dihadapan Allah, Samuel lah orang yang dipercaya memegang komando atas Israel. Meskipun Saul telah diangkat menjadi raja atas Israel, namun Samuel yang dipakai Tuhan untuk memutuskan apakah Israel maju berperang. saat Saul menyimpang, Samuel juga yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan keputusan menolak Saul dan mengurapi Daud menjadi Raja atas Israel.
Ketiga, Allah lebih tertarik pada karakter yang ada dalam diri seseorang daripada jabatan yang diluar. Karena itu umat Tuhan, tunjukkanlah bahwa kita adalah umat yang siap dibentuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab.
Tuhan Yesus Memberkati...
"Hanya hati yang tulus dan setia yang mampu mengikat perkenanan Allah tetap atas hidup kita"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar