Pada suatu kala, seorang pria sedang berjalan di sebuah tempat untuk
mencari harta karun. Sampai akhirnya, tibalah ia di sebuah jalan
bercabang tiga. Kebetulan ada orang tua yang sedang berdiri di pinggir
persimpangan jalan tersebut.
Pria itu sedang bingung karena ada
tiga jalan menuju arah yang berbeda. Ia pun sulit memutuskan mau memilih
jalan yang ingin ditempuh. Lalu ia bertanya pada orang tua tersebut,
“Hai, pak tua. Bolehkah saya bertanya? Saya sedang dalam perjalanan
mencari harta karun. Tapi di depan saya ada tiga jalan yang berbeda.
Bolehkah bapak menunjukkan kepada saya jalan yang benar?”
Orang
tua itu tidak menjawab. Ia hanya menunjuk jalan yang pertama. Pria itu
berterima kasih dan segera mengambil jalan yang pertama.
Beberapa
saat kemudian, pria yang tadi kembali lagi. Tapi kali ini seluruh
badannya kotor terkena lumpur. Ia mendekati pak tua itu dan berkata,
“Hai, pak tua. Tadi saya tanya arah ke tempat harta karun dan Anda
menunjuk ke jalan pertama. Tapi saya malah terjebak ke dalam kolam
lumpur yang luas. Badan saya jadi kotor begini.” Ia lalu bertanya,
“Sekarang di mana jalan menuju harta karun? Tolong tunjukkan pada saya!”
Orang tua itu tetap tidak bersuara. Ia kemudian menunjuk ke jalan yang
ke dua. Pria itu kemudian berterima kasih dan segera mengambil jalan
yang kedua.
Beberapa saat kemudian, pria tersebut kembali lagi.
Badannya bukan hanya terkena lumpur pekat, tapi juga celananya penuh
dengan sobekan dan kakinya luka seperti tergores sesuatu.
Kali
ini ia mendekati pria tua itu dengan ekspresi wajah yang kesal.Ia
berkata dengan sedikit marah, “Hai, pak tua! Tadi saya menanyakan arah
menuju tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan yang kedua. Tapi,
jalan itu penuh dengan semak berduri. Seluruh kaki saya jadi terluka
karena tergores duri.”
Kali ini ia bertanya lagi, “Sekarang saya
tanya sekali lagi, di mana jalan menuju harta karun itu? Anda sudah dua
kali membohongi dan mencelakai saya. Sekali lagi berbohong, Anda akan
tahu akibatnya.”
Pria tua itu tetap diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia sekarang menunjuk ke jalan yang ke tiga.
“Apakah Anda yakin dan tidak berbohong?” tanya pria itu.
Pria tua itu menganggukkan kepalanya dan sekali lagi menunjuk ke jalan yang ketiga.
Pria itu pun segera pergi meninggalkan pria tua tersebut. Namun
beberapa saat kemudian, ia kembali lagi sambil berlari seperti
ketakutan. Dengan napas tersengal, ia bertanya dengan marah, “Hai, pak
tua! Apakah Anda mau membunuh saya? Di jalan sana ada banyak sekali
binatang buas. Itu sama saja dengan cari mati.”
Pria tua itu
akhirnya buka mulut, berkata, “Semua jalan tadi sebenarnya bisa menuju
ke tempat harta karun. Hanya saja untuk menuju ke sana, Anda harus
melewati jalan tersebut. Anda bisa memilih melewati kolam lumpur, semak
berduri, atau binatang buas. Anda bisa pilih salah satu. Kalau
benar-benar mau pergi ke tempat harta karun, Anda harus berani melewati
salah satunya. Jika Anda tidak mau, silakan kembali saja.”
Begitu mendegar penjelasan dari pria tua itu, ia menundukkan kepala. Ia mundur, membatalkan perjalanannya dan kembali pulang.
Sahabat, Saya yakin semua orang dengan semangat akan menjawab “Ya” saat
ditanya apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Namun sebagian besar
tidak berani menjawab saat ditanya apakah mereka bersedia membayar
harganya. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyak sekali orang yang
tidak bersedia menempuh jalan kesuksesan yang terlihat sangat berat.
Mereka hanya ingin langsung sampai di garis finis, tapi tidak pernah mau
melangkahkan kakinya untuk mencapai garis finis tersebut.
Salah
satu tantangan berat yang harus Anda hadapi saat berjuang meraih
kesuksesan adalah mendorong diri Anda untuk maju meskipun jalan yang
sedang Anda tempuh sangat berat, berliku, dan penuh rintangan. Tantangan
inilah yang seringkali membuat nyali seseorang menjadi ciut. Tantangan
inilah yang akhirnya menyebabkan banyak orang tidak berani membayar
harga dari sebuah kesuksesan. Mereka tidak siap untuk membayar dan lebih
memilih melupakan kesuksesan yang ingin mereka raih.
Tidak
peduli apa pun tujuan yang ingin Anda capai, rintangan tetap akan ada
dan tidak akan hilang. Di mana ada kesuksesan, di situ ada rintangan
yang menghalanginya. Hanya orang-orang sukses yang berani menghadapi
rintangan demi rintangan sampai akhirnya meraih tujuan. Sebaliknya orang
gagal lebih memilih untuk menyerah. Dan yang lebih menyedihkan, mereka
bahkan tidak berani mencoba saat melihat betapa beratnya perjalanan yang
harus dilalui. Mental mereka sudah dikalahkan jauh sebelum mereka
memulai.
Rintangan akan selalu berdiri di depan kesuksesan. Anda
harus berani melewatinya sebelum berhasil mendapatkan kesuksesan. Ada
dua pilihan, mengeluh dan menyalahkan rintangan itu atau mendorong diri
Anda untuk mengalahkan rintangan tersebut. Anda boleh menyalahkan
rintangan yang kelihatannya selalu menghadang Anda. Tapi cobalah
pikirkan, apakah rintangan itu akan hilang dengan cara menumpahkan
kekesalan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar