Selasa, 09 Desember 2014

Saat Gubukku Terbakar



Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah.

"Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis.
Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.
"Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan.

Ingatlah, ketika "gubukmu" terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negative terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut

Jumat, 05 Desember 2014

"Masih Ada dan Tetap Ada"




Baca:  Mazmur 86:1-17

"Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah." 
Mazmur 86:10

Mujizat adalah karya adikodrati Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan orang percaya.  Mujizat sangat identik dengan berkat, kesembuhan, pemulihan.  Begitu rindunya mengalami mujizat, seseorang rela membayar harga, terkadang menempuh perjalanan yang sangat jauh, bahkan melintasi pulau atau negara demi menghadiri KKR  (Kebaktian Kebangunan Rohani)  yang dilayani oleh hamba Tuhan terkenal yang dipakai Tuhan secara luar biasa.  Tapi di sisi lain masih banyak orang yang tidak percaya terhadap mujizat.  Mereka beranggapan bahwa zaman mujizat sudah berlalu, hanya terjadi di zaman nabi-nabi terdahulu atau semasa Tuhan Yesus berada di bumi.

     Dahulu ketika Tuhan Yesus ada di tengah-tengah umat manusia juga ada sekelompok orang yang tidak percaya mujizat, padahal mereka berhadapan langsung dengan Sang Pembuat mujizat,  "Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,"  (Yohanes 12:37).  Tak terkecuali orang-orang di Nazaret, padahal Nazaret adalah tempat asal Tuhan Yesus sendiri, tapi mereka meremehkan, bahkan menolak Dia, yang mereka pikir Yesus itu tidak lebih dari anak seorang tukang kayu.  "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ."  (Matius 13:58).  Ada pula yang menganggap bahwa mujizat terjadi secara kebetulan dan bersifat insidentil saja.  Itu tidak benar!

     Mujizat itu ada dan tetap ada, sebab kuasa Tuhan itu tidak pernah berubah.  "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).  Terjadi tidaknya mujizat dalam hidup seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar imannya kepada Tuhan.  Kalau kita sendiri ragu-ragu atau bimbang, itu akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan mujizat-Nya.  "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Selama ada kebimbangan dan keraguan, seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari Tuhan, apalagi mereka yang tidak percaya dan apatis.

Ketidakpercayaan adalah penghalang utama mengalami mujizat Tuhan!

Sabtu, 29 November 2014

Kebahagiaan



Seorang pria berumur 92 tahun yang memiliki selera tinggi, selalu percaya diri, bangga akan dirinya sendiri, selalu berpakaian rapi setiap harinya, dengan rambutnya putihnya yang selalu tertata rapi meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini. Istrinya yang berusia 70 tahun baru saja meninggal, dan mereka tidak pernah memiliki anak, sehingga dia harus masuk ke panti jompo.

Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis saat seorang petugas memberitahukan bahwa kamarnya telah siap.

Ketika dia berjalan mengikuti petunjuk jalan ke elevator, petugas itu menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil.

" Saya menyukainya !" katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah seekor anjing dari orang tuanya.

" Pak, Anda belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan Anda " kata si petugas.
" Hal itu tidak ada hubungannya " dia menjawab

" Kebahagiaan adalah sesuatu yang kita putuskan dari awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotnya diatur, tetapi dari bagaimana aku mengatur pikiranku sendiri."

" Aku sudah memutuskan untuk menyukai kamarku. Keputusan seperti itu jugalah yang kubuat setiap pagi setiap aku bangun dari tidurku. Untuk menyukai apapun yang Tuhan berikan padaku hari ini."

" Aku punya sebuah pilihan, aku bisa saja menghabiskan waktuku di tempat tidur hanya untuk menyesali kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhku yang tidak berfungsi, atau aku bisa turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian lain tubuhku yang masih bisa berfungsi."

" Setiap hari adalah hadiah, meski aku tidak bisa melihat, tapi aku masih bisa memusatkan perhatianku pada hari yang baru, dan pada semua kenangan indah dan membahagiakan yang pernah kualami dan kusimpan."
" Hanya untuk kali ini dalam hidupku, umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank, dan aku akan menikmati dari yang telah aku simpan selama ini."

" Jadi nasehatku untukmu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita, dan berterima kasihlah pada orang-orang yang telah mengisi bank kenanganmu."

Banyak Memberkati



Baca:  2 Korintus 8:12-15

"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka,"  2 Korintus 8:14

Tuhan berkata,  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).  Jelaslah bahwa pekerjaan Iblis adalah mencuri, membunuh, membinasakan.  Sedangkan Tuhan adalah pemberi:  memberi kehidupan dan kelimpahan;  Ia tidak pernah setengah-setengah dalam memberi.  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).  Tuhan sangat bermurah hati memberi supaya anak-anak-Nya hidup dalam berkelimpahan.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak perlu takut menjadi kaya, sebab hidup berkelimpahan adalah Alkitabiah.  Tetapi yang harus dijaga adalah sikap hati sehingga kita mampu mengelola berkat Tuhan itu secara benar, sebab kita ini hanyalah pengelola berkat.  Segala sesuatu adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita, Dia adalah pemilik.  Mengapa ini perlu dipertegas?  Sebab banyak sekali orang jatuh dalam dosa justru saat berkelimpahan.  Kekayaan membuat mereka lupa diri dan hidup menjauh dari Tuhan.  Agur bin Yake, salah satu penulis kitab Amsal menulis,  "Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."  (Amsal 30:8).

     Tuhan pasti memiliki tujuan di balik berkat yang Ia limpahkan.  Pada waktu Tuhan menyampaikan perjanjian berkat-Nya kepada Abraham Dia berkata,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Tuhan memberkati Abraham supaya semua bangsa di bumi mendapatkan berkat.  Jadi Tuhan memberkati kita bukan untuk dinikmati sendiri dan menjadi terkenal, tapi Tuhan rindu supaya bangsa-bangsa lain diberkati melalui umat perjanjian-Nya.  Dengan memiliki standar hidup yang lebih baik Tuhan mau semakin meningkat pula standar pemberian kita kepada orang lain.

Semakin diberkati Tuhan haruslah semakin bertambah kemampuan kita memberkati orang lain, sehingga nama Tuhan juga semakin dipermuliakan!

Rabu, 26 November 2014

Cara Pandang Terhadap Beban Hidup



Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr."Ini bukanlah masalahberat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya.Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi". Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!! Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.
Start the day with smile.

Rabu, 19 November 2014

BERKAT SEDERHANA



Bacaan: Mazmur 36:6-11
NATS: (Mazmur 36:8)
Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah

Ketika kami sekeluarga sedang berada di Disney World, Tuhan memberikan berkat sederhana-Nya bagi kami. Disney World adalah tempat sangat luas -- 43,3 hektar tepatnya. Anda dapat mengelilinginya selama berhari-hari tanpa berjumpa dengan orang yang Anda kenal. Saat itu saya dan istri memutuskan untuk berpisah dari anak-anak, sementara mereka mencoba wahana permainan yang mengasyikkan bagi mereka. Kami berpisah pukul 09.00 dan merencanakan untuk berkumpul kembali pada pukul 18.00. 

Pada pukul 14.00, saya dan istri ingin sekali makan taco [makanan dari Meksiko]. Lalu kami melihat peta dan menuju anjungan Spanyol untuk menikmati masakan Meksiko. Baru saja kami duduk dan menikmati makanan, kami mendengar, "Hai Ma, hai Pa." Ternyata pada saat yang sama, ketiga anak kami juga sedang menyantap burrito panas. 

Sepuluh menit setelah kami berkumpul, datanglah topan di tempat itu disertai angin yang kencang. Hujan lebat pun menyapu, diiringi guntur yang menggelegar. Istri saya kemudian berkata, "Aku pasti akan sangat khawatir jika anak-anak tidak bersama kita saat ini!" Sepertinya Allah telah merancangkan pertemuan kami sekeluarga. 

Apakah Anda pernah mengalami berkat seperti ini? Pernahkah Anda meluangkan waktu untuk mengucapkan syukur atas perhatian dan pemeliharaan-Nya? Renungkan betapa luar biasanya bahwa Dia yang menciptakan alam semesta ini ternyata sangat peduli untuk terlibat dalam kehidupan kita. "Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah.

DENGAN MENJADI MILIK ALLAH
KITA AKAN MENIKMATI BERKAT YANG MELIMPAH

Berhenti Saja?



Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku. Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. "Tuhan", kataku, "Berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"
Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.
"Lihat ke sekelilingmu", kataNya.
"Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?"
"Ya", jawabku.

Lalu Tuhan berkata, "Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat warna hijaunya yang menawan menutupi tanah namun, tidak Ada yang terjadi dari benih bambu tapi Aku tidak berhenti merawatnya.
Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.
Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah begitu juga dengan tahun ke empat.
Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti.
Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya.
Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani."
"Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu."
Tuhan berkata "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah."
"Saat mu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku.
"Engkau akan tumbuh sangat tinggi"
"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?" tanyaku.
"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?"Tuhan balik bertanya.
"Setinggi yang mereka mampu?" aku bertanya
"Ya." jawabNya, "Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi yang engkau dapat capai."
Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap anda. Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari.
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

Kamis, 13 November 2014

AKSES CEPAT DAN MUDAH



Bacaan: Ibrani 10:19-23
NATS: (Ibrani 10:22)
Karena itu, marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh

Pendeta Rich McCarrell menerangkan kepada putranya bagaimana sekretarisnya menyeleksi setiap telepon yang masuk ke kantor gereja. Ia berkata, "Jika ibumu menelepon, dan Ayah sedang sibuk, maka sekretaris gereja akan memberi tahu Ibu apa yang sedang Ayah lakukan. Dari situ Ibu akan memutuskan apakah Ayah harus menerima teleponnya atau ia akan meninggalkan pesan." 

Ia lalu berkata lagi kepada putranya, "Akan tetapi jika kamu yang menelepon Ayah, pasti akan disambungkan. Kamu boleh menelepon Ayah kapan saja, sebab kamu adalah putraku." 

Beberapa hari kemudian, sekretaris gereja menyambungkan telepon dari putranya itu kepada sang pendeta. Sang pendeta menerima telepon putranya dan menanyakan apa yang bisa dilakukan untuknya. Putranya menjawab, "Tidak ada apa-apa, Yah. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku bisa menghubungi Ayah dengan mudah." 

Kita juga memiliki akses cepat dan mudah untuk menghubungi Allah di surga. Tidak ada sekretaris yang menyaring "telepon" yang kita tujukan kepada-Nya. Kita tidak perlu memutuskan apakah "panggilan" kita akan mengganggu-Nya atau tidak. Kita tidak perlu meninggalkan pesan supaya Allah menghubungi kita lagi. Pemazmur mengingatkan kita, "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong" (Mazmur 34:16). 

Karena Yesus sudah membuka jalan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, kita dapat dengan penuh keberanian dan keyakinan menghampiri hadirat Bapa (Ibrani 4:16).

MELALUI DOA, KITA PUNYA AKSES YANG CEPAT DAN MUDAH
KEPADA BAPA

Senin, 10 November 2014

KEHIDUPAN YANG BAIK



Bacaan: Lukas 12:13-21
NATS:  (Lukas 12:15)
Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu

Ketika menyusuri jalan raya di Houston, saya melewati papan iklan dengan tulisan besar berbunyi: "KEHIDUPAN YANG BAIK!" Saya tak sabar mendekatinya agar bisa membaca tulisan kecil yang menjelaskan bahwa maksud "kehidupan yang baik" adalah membeli rumah di tepi danau yang harganya mulai 300.000 dolar [kira-kira 2,7 miliar rupiah]. Saya lalu bertanya-tanya bagaimana seandainya yang tinggal di rumah-rumah itu adalah keluarga tidak bahagia, yang anak-anaknya tidak pernah bertemu orangtuanya, atau pasangan yang, meskipun tinggal di tepi danau, berharap agar mereka tidak hidup bersama. 

Saya lalu teringat pada kisah dalam Lukas 12 tentang seorang lelaki yang meminta Yesus untuk memberi tahu saudaranya agar berbagi warisan dengannya. Sangat keliru jika ia meminta Yesus melakukan hal itu! Dia menjawab dengan peringatan, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu" (ayat 15). Dia kemudian bercerita tentang seorang kaya raya yang menurut pandangan Allah adalah orang bodoh, bukan karena ia berhasil menjadi kaya, melainkan karena ia tidak kaya di hadapan Allah. 

Kita akan hidup semakin baik jika kita semakin cepat menghilangkan anggapan bahwa semakin banyak kekayaan yang terkumpul berarti semakin damai, bahagia, dan puas. Dan, kita akan semakin mampu menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sudah lama dirindukan, yaitu "kehidupan baik" yang sejati, yang hanya bisa diberikan oleh Yesus.

"KEHIDUPAN YANG BAIK" DITEMUKAN
DALAM KEKAYAAN DI HADAPAN ALLAH"

SIAPA YANG CANTIK?



Bacaan: Kejadian 24:12-21
NATS:  (Amsal 31:30)
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji

Dalam bukunya Who Calls Me Beautiful? (Siapa yang Menyebutku Cantik?), Regina Franklin meneliti bahwa pada tahun 1951 tinggi badan Putri Swedia adalah 167,5 sentimeter dan berbobot 67,95 kilogram. Namun, Putri Swedia tahun 1983, 5 sentimeter lebih tinggi dan 20,25 kilogram lebih ringan. Syarat kecantikan untuk satu generasi tampaknya tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk generasi berikutnya. 

Dalam Kejadian 24:16, dikatakan bahwa Ribka “sangat cantik parasnya”. Tetapi kecantikan fisik bukanlah tanda yang penting bagi Eliezer, hamba Abraham yang diutus untuk mendapatkan seorang istri bagi Ishak.
Doa Eliezer memberikan kepada kita petunjuk penting tentang kecantikan yang ia cari bagi anak tuannya: “Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum-dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak” (ayat 14). 

Sopan santun yang wajar mungkin telah mendorong Ribka untuk menyediakan air minum bagi orang asing, tetapi memberi minum unta adalah hal yang benar-benar berbeda. Sepuluh unta yang kehausan bisa minum sampai 798 liter. Jelas sekali, Ribka memiliki hati seorang hamba. 

Alkitab mengatakan bahwa Ribka adalah gadis yang cantik. Akan tetapi Alkitab juga mengatakan lebih banyak lagi mengenai kecantikan karakternya. “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji” (Amsal 31:30)

TIDAK ADA YANG DAPAT MENGABURKAN
KECANTIKAN YANG BERSINAR DARI DALAM HATI

Kamis, 06 November 2014

TIGA KEPASTIAN



Bacaan: 1 Tesalonika 4:13-18
NATS:  (1 Korintus 15:55)
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?

Pada saat berada di luar ruang ICU untuk menanti perubahan kondisi seseorang yang saya kasihi, saya diingatkan bahwa kematian akan menimpa kita semua: baik tua maupun muda, lelaki maupun perempuan, miskin maupun kaya. 

Dalam 1 Tesalonika 4, Paulus menghibur mereka yang merasa kehilangan karena kematian orang yang dicintai. Ia berkata kepada mereka bahwa kesedihan yang berlebihan tidak menghasilkan apa-apa. Wajar jika kita menangis karena kehilangan, tetapi janganlah kita menangis seperti orang yang tak berpengharapan. Sebaliknya, kita harus berpegang pada tiga kepastian tentang kematian. 

Kepastian yang pertama adalah bahwa jiwa manusia tidak pernah mati. Jiwa orang percaya tinggal di dalam Tuhan (ayat 14). Mereka yang meninggal meninggalkan dunia yang penuh permasalahan ini untuk "mati di dalam Yesus". 

Kedua, Yesus akan datang untuk orang-orang percaya; baik orang percaya yang masih hidup maupun yang sudah mati. Yesus akan kembali untuk anak-anak-Nya (ayat 16,17). 

Ketiga, akan ada reuni yang penuh sukacita. "Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (ayat 17). 

Dengan mengetahui tiga kepastian tentang kematian tersebut, maka orang-orang percaya yang kehilangan orang yang dicintai akan sangat terhibur. Walaupun kita terpisah sementara dengan mereka, kita akan bertemu lagi dalam hadirat Allah.

MATAHARI YANG TENGGELAM DI SUATU TEMPAT
ADALAH MATAHARI TERBIT DI SISI DUNIA YANG LAIN

Rabu, 05 November 2014

Tanah Warisan



Pada suatu kala, seorang pria sedang berjalan di sebuah tempat untuk mencari harta karun. Sampai akhirnya, tibalah ia di sebuah jalan bercabang tiga. Kebetulan ada orang tua yang sedang berdiri di pinggir persimpangan jalan tersebut.
Pria itu sedang bingung karena ada tiga jalan menuju arah yang berbeda. Ia pun sulit memutuskan mau memilih jalan yang ingin ditempuh. Lalu ia bertanya pada orang tua tersebut, “Hai, pak tua. Bolehkah saya bertanya? Saya sedang dalam perjalanan mencari harta karun. Tapi di depan saya ada tiga jalan yang berbeda. Bolehkah bapak menunjukkan kepada saya jalan yang benar?”
Orang tua itu tidak menjawab. Ia hanya menunjuk jalan yang pertama. Pria itu berterima kasih dan segera mengambil jalan yang pertama.
Beberapa saat kemudian, pria yang tadi kembali lagi. Tapi kali ini seluruh badannya kotor terkena lumpur. Ia mendekati pak tua itu dan berkata, “Hai, pak tua. Tadi saya tanya arah ke tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan pertama. Tapi saya malah terjebak ke dalam kolam lumpur yang luas. Badan saya jadi kotor begini.” Ia lalu bertanya, “Sekarang di mana jalan menuju harta karun? Tolong tunjukkan pada saya!”
Orang tua itu tetap tidak bersuara. Ia kemudian menunjuk ke jalan yang ke dua. Pria itu kemudian berterima kasih dan segera mengambil jalan yang kedua.
Beberapa saat kemudian, pria tersebut kembali lagi. Badannya bukan hanya terkena lumpur pekat, tapi juga celananya penuh dengan sobekan dan kakinya luka seperti tergores sesuatu.
Kali ini ia mendekati pria tua itu dengan ekspresi wajah yang kesal.Ia berkata dengan sedikit marah, “Hai, pak tua! Tadi saya menanyakan arah menuju tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan yang kedua. Tapi, jalan itu penuh dengan semak berduri. Seluruh kaki saya jadi terluka karena tergores duri.”
Kali ini ia bertanya lagi, “Sekarang saya tanya sekali lagi, di mana jalan menuju harta karun itu? Anda sudah dua kali membohongi dan mencelakai saya. Sekali lagi berbohong, Anda akan tahu akibatnya.”
Pria tua itu tetap diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia sekarang menunjuk ke jalan yang ke tiga.
“Apakah Anda yakin dan tidak berbohong?” tanya pria itu.
Pria tua itu menganggukkan kepalanya dan sekali lagi menunjuk ke jalan yang ketiga.
Pria itu pun segera pergi meninggalkan pria tua tersebut. Namun beberapa saat kemudian, ia kembali lagi sambil berlari seperti ketakutan. Dengan napas tersengal, ia bertanya dengan marah, “Hai, pak tua! Apakah Anda mau membunuh saya? Di jalan sana ada banyak sekali binatang buas. Itu sama saja dengan cari mati.”
Pria tua itu akhirnya buka mulut, berkata, “Semua jalan tadi sebenarnya bisa menuju ke tempat harta karun. Hanya saja untuk menuju ke sana, Anda harus melewati jalan tersebut. Anda bisa memilih melewati kolam lumpur, semak berduri, atau binatang buas. Anda bisa pilih salah satu. Kalau benar-benar mau pergi ke tempat harta karun, Anda harus berani melewati salah satunya. Jika Anda tidak mau, silakan kembali saja.”
Begitu mendegar penjelasan dari pria tua itu, ia menundukkan kepala. Ia mundur, membatalkan perjalanannya dan kembali pulang.
Sahabat, Saya yakin semua orang dengan semangat akan menjawab “Ya” saat ditanya apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Namun sebagian besar tidak berani menjawab saat ditanya apakah mereka bersedia membayar harganya. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyak sekali orang yang tidak bersedia menempuh jalan kesuksesan yang terlihat sangat berat. Mereka hanya ingin langsung sampai di garis finis, tapi tidak pernah mau melangkahkan kakinya untuk mencapai garis finis tersebut.
Salah satu tantangan berat yang harus Anda hadapi saat berjuang meraih kesuksesan adalah mendorong diri Anda untuk maju meskipun jalan yang sedang Anda tempuh sangat berat, berliku, dan penuh rintangan. Tantangan inilah yang seringkali membuat nyali seseorang menjadi ciut. Tantangan inilah yang akhirnya menyebabkan banyak orang tidak berani membayar harga dari sebuah kesuksesan. Mereka tidak siap untuk membayar dan lebih memilih melupakan kesuksesan yang ingin mereka raih.
Tidak peduli apa pun tujuan yang ingin Anda capai, rintangan tetap akan ada dan tidak akan hilang. Di mana ada kesuksesan, di situ ada rintangan yang menghalanginya. Hanya orang-orang sukses yang berani menghadapi rintangan demi rintangan sampai akhirnya meraih tujuan. Sebaliknya orang gagal lebih memilih untuk menyerah. Dan yang lebih menyedihkan, mereka bahkan tidak berani mencoba saat melihat betapa beratnya perjalanan yang harus dilalui. Mental mereka sudah dikalahkan jauh sebelum mereka memulai.
Rintangan akan selalu berdiri di depan kesuksesan. Anda harus berani melewatinya sebelum berhasil mendapatkan kesuksesan. Ada dua pilihan, mengeluh dan menyalahkan rintangan itu atau mendorong diri Anda untuk mengalahkan rintangan tersebut. Anda boleh menyalahkan rintangan yang kelihatannya selalu menghadang Anda. Tapi cobalah pikirkan, apakah rintangan itu akan hilang dengan cara menumpahkan kekesalan Anda?

Senin, 03 November 2014

Menatap Cahaya Kebenaran



Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.
“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.
“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.
“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.
“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.
“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.
“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**
Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.
Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.
“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”

JALAN YANG SEPI



Bacaan: Markus 6:30-46
NATS:  (Markus 6:31)
Mari kita menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahat sejenak

Delapan puluh kilometer di sebelah barat Asheville, North Carolina, saya membawa mobil saya keluar dari jalan bebas hambatan yang padat dan melanjutkan perjalanan ke kota melalui jalur Blue Ridge Parkway yang berpemandangan indah. Pada sore hari di akhir bulan Oktober itu, saya mengemudi dengan lambat dan sering berhenti untuk menikmati pemandangan pegunungan serta dedaunan musim gugur yang berkilauan. Perjalanan itu memang tidak membawa saya sampai tujuan dengan cepat, tetapi perjalanan itu menyegarkan jiwa saya. 

Pengalaman itu membuat saya bertanya, "Seberapa sering saya melewati jalan yang sepi bersama Yesus? Adakah saya keluar dari jalan bebas hambatan yang penuh tanggung jawab dan kesibukan untuk memusatkan perhatian kepada-Nya selama beberapa saat setiap hari?" 

Setelah para murid Yesus menyelesaikan sebuah pelayanan yang penuh tantangan, Dia berkata kepada mereka, "Mari kita menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahat sejenak" (Markus 6:31). Bukannya memperoleh liburan panjang, mereka justru hanya melakukan sebuah perjalanan singkat di atas perahu bersama Yesus sebelum kemudian mereka dikerumuni orang banyak. Para murid menyaksikan belas kasihan Tuhan dan berpartisipasi dengan-Nya dalam memenuhi kebutuhan orang banyak tersebut (ayat 33-43). Saat hari yang melelahkan itu berakhir, Yesus mencari penyegaran melalui doa kepada Bapa surgawi (ayat 46).
Yesus Tuhan kita selalu beserta kita, baik di tengah hiruk pikuk atau ketenangan. Namun demikian, kita perlu mengambil waktu setiap hari untuk melewati jalan yang sepi bersama-Nya. 

SANGATLAH BAIK UNTUK MELUANGKAN
WAKTU BERSAMA ALLAH

Kamis, 30 Oktober 2014

MARILAH BERISTIRAHAT



Bacaan: Lukas 9:1-10
NATS: Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika (Markus 6:31)

Menurut kisah yang diceritakan turun- temurun, ketika Rasul Yohanes menjadi mandor di Efesus, ia memiliki hobi menerbangkan merpati. Alkisah, seorang penatua melewati rumahnya ketika ia pulang dari berburu dan melihat Yohanes sedang bermain dengan salah satu burung merpatinya. Dengan lembut penatua ini menegurnya karena ia menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia.

Kemudian Yohanes melihat busur pemburu itu dan mengatakan bahwa talinya kendur. “Ya,” jawab penatua itu, “saya selalu mengendurkan tali busur saya ketika tidak digunakan. Jika tetap dibiarkan kencang, tali ini akan kehilangan daya pegasnya dan bisa menggagalkan perburuan saya.”
Yohanes menjawab, “Saya pun sekarang sedang mengendurkan busur pikiran saya supaya saya bisa lebih baik meluncurkan panah kebenaran Ilahi.”
Kita tidak bisa melakukan pekerjaan secara maksimal apabila syaraf kita tegang dan merasa lesu karena mengalami tekanan terus-menerus. Ketika murid-murid Yesus kembali dari misi pengajaran yang melelahkan, Tuhan tahu bahwa mereka butuh beristirahat. Maka Dia mengajak mereka bersama-Nya mencari tempat yang tenang di mana mereka bisa segar kembali (Markus 6:31).

Hobi, liburan, dan rekreasi yang sehat adalah hal yang sangat vital untuk hidup kudus yang seimbang. Kita akan kehilangan efektivitas apabila terus-menerus mengusahakan disiplin ketat sehingga kita selalu tegang. Jika kita tampaknya tidak bisa santai, Yesus mungkin mengundang kita untuk beristirahat-ke “tempat yang sunyi … dan beristirahat”

JIKA ORANG KRISTIANI TIDAK BERHENTI DAN BERISTIRAHAT
MUNGKIN MEREKA SEBENARNYA TELAH HANCUR!

Spirit Dari Pekerjaan Kecil



Seorang lelaki tua sepanjang hari menyusuri rel kereta, tangannya selalu membawa sebuah kunci memeriksa satu persatu mur penyangga rel jika ditemukan mur yang kendor / mau lepas, dengan cekatan baut itu kembali dirapatkan sehingga tertanam dengan sempurna seperti sedia kala tidak pernah terlewatkan satu murpun.
seorang anak muda yang baru dikenalnya mencoba menemaninya sudah berapa lama kau lakukan pekerjaan ini pak tua ?'sejak usia 20 tahun pertama kali aku bekerja sebagai tenaga honorer di perusahaan Kereta Api Negeri ini anak muda' sahut pak tua sambil tersenyum.
Hah selama itukah bapak melakukan pekerjaan yang sama terus menerus, bapak tidak bosan . . ???'tidak anak muda, aku sangat mencintai pekerjaan ini . . .sampai matipun aku akan tetap melakukan pekerjaan ini' disinilah hidupku !''pasti gaji bapak besar, sehingga bapak betah dengan pekerjaan ini' sang pemuda masih penasaran . .' gajiku hanya cukup untuk makan aku dan istriku di rumah' 'apakah bapak punya anak yang masih harus dibiayai hidupnya ?''anakku semua sudah menjadi orang sukses, sudah tidak memerlukan uangku, bahkan tidak jarang anakku yang memberi uang padaku . . .' sahut pak tua sambil tetap tersenyum.
'mestinya bapak tinggalkan pekerjaan ini, sudah waktunya beristirahat dirumah menikmati hari tua bersama istri' sang pemuda masih penasaran . . . 'bapak terlihat rapuh dan ringkih melakukan pekerjaan ini. . .'
lagi-lagi pak tua tersenyum 'anak muda, aku sangat mencintai pekerjaan ini, tidak mungkin aku meninggalkannya' . . . .'tapi apa yang kau cari pak tua ??? anak sudah menjadi orang sukses, istri setia menunggu di rumah, gaji juga tidak seberapa, lihatlah tubuhmu yang sudah renta !!!'
'anak muda . . . rupanya kau masih belum mengerti juga kenapa aku begitu mencintai pekerjaan ini . . bukan uang yang kucari anak muda' pak tua semakin tersenyum lebar . . .'lalu apa yang kau cari ?? potong sang pemuda dengan cepat .
'Spirit anak muda . . semangat . ..lihatlah, berapa nyawa yang terselamatkan karena pekerjaanku ini . .! bayangkan . . .sehari aja kutinggalkan pekerjaan ini, kemudian ada mur penyangga rell yang lepas . .itu bisa membahayakan perjalanan kereta api, ingatlah satu penumpang di kereta api ini pasti memiliki beberapa orang yang mencintainya , , ... bayangkan lagi jika seandainya kereta api mengalami kecelakaan dan seluruh penumpangnya meninggal, akan ada beberapa ribu orang yang meratapi kepergian orang-orang yang dicintainya . Spirit itulah yang selalu menemaniku bekerja selama ini,

Rabu, 29 Oktober 2014

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang



Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".
"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali", kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini". Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan.
"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si KEKAYAAN masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si KESUKSESAN saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si KASIH-SAYANG ini ke dalam. Dan malam ini, si KASIH-SAYANG menjadi teman santap malam kita."
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si KASIH-SAYANG bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.
Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si KEKAYAAN dan si KESUKSESAN. "Aku hanya mengundang si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu berdua ikut juga?"
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si KEKAYAAN, atau si KESUKSESAN, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si KASIH-SAYANG, maka, kemana pun Kasih-sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta.
Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si KASIH-SAYANG yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

Selasa, 28 Oktober 2014

Busuknya Kebencian



Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak (TK) mengadakan"permainan". Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa ... tergantung jumlah orang²-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh,apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1minggu ?"
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Gurupun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru : "Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkah tidak nyamannya ..."

Senin, 27 Oktober 2014

Teladan Utama Ketaatan




Baca:  Lukas 22:39-46

"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  Lukas 22:42

Rasul Yohanes dalam suratnya menulis;  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Dengan kata lain setiap orang percaya wajib hidup dalam ketaatan dan menempatkan Tuhan Yesus sebagai teladan utama.  Tuhan Yesus berkata,  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34), bahkan  "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

     Hidup meneladani Kristus berarti:  memiliki hati seperti hati-Nya yang dipenuhi belas kasihan; berpikir seperti Kristus berpikir, sebagaimana rasul Paulus berkata,  "Tetapi kami memiliki pikiran Kristus."  (1 Korintus 2:16);  mengasihi sama seperti Kristus mengasihi,  "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."  (Yohanes 13:35);  melayani seperti Kristus melayani jiwa-jiwa;  taat kepada kehendak-Nya sebagaimana Kristus taat kepada kehendak Bapa dengan berkata,  "...bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

     Dalam mengarungi bahtera kehidupan ini setiap detik, setiap menit, setiap jam kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan.  Tak bisa dipungkiri, dalam kondisi ini kita pasti menghadapi dilema apakah kita memilih untuk hidup menurut kehendak sendiri atau menuruti kehendak Tuhan.  Namun sebagai anak-anak Tuhan ketaatan adalah jalan yang sangat tepat untuk kita pilih:  seperti seorang anak yang harus taat kepada kehendak orangtuanya, seperti karyawan yang sepatutnya taat kepada pimpinan, dan juga seperti prajurit yang sepenuhnya taat kepada perintah komandannya.  Terlebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan kita harus memiliki ketaatan penuh kepada kehendak Tuhan.  Hal terbaik dan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah ketika ia mampu berkata,  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19b-20).

Hidup dalam ketaatan berarti menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan.

MENDORONG ORANG LAIN



Bacaan: Kisah 11:19-26
NATS:
Ia menasihati mereka, supaya mereka semua dengan kesungguhan hati setia kepada Tuhan 
(Kisah 11:23)

Saat masih remaja, Jean sering berjalan-jalan dan melihat ibu-ibu duduk di bangku sambil bercakap-cakap di taman. Anak-anak mereka yang masih kecil duduk di ayunan, berharap agar ada orang yang mau mendorong mereka. "Saya mendorong mereka," kata Jean. "Dan, tahukah Anda apa yang terjadi saat Anda mendorong seorang anak di atas ayunan? Tak lama kemudian anak itu akan melakukannya sendiri. Itulah peran saya dalam kehidupan; saya mendorong orang lain." 

Dalam hidup, mendorong orang lain adalah tujuan hidup yang mulia. Yusuf, seorang saleh dalam kitab Kisah Para Rasul, memiliki karunia itu. Pada zaman gereja mula-mula, ia menjual tanahnya dan memberikan uangnya kepada gereja supaya digunakan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung (4:36,37). Ia juga pergi bersama Paulus dalam perjalanan misi dan mengabarkan Injil (11:22-26; 13:1-4). 

Anda mungkin telah mengenal Yusuf sebagai "Barnabas", yaitu nama yang diberikan para rasul kepada "Anak Penghiburan". Saat gereja yang berada di Yerusalem mendengar bahwa orang-orang di Antiokhia mulai mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, mereka mengirim Barnabas karena "Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman" (11:24). Ia "menasihati mereka, supaya mereka semua dengan kesungguhan hati setia kepada Tuhan" (ayat 23).
Kita pun dapat memberikan "dorongan" semangat kepada orang-orang lainnya dalam perjalanan mereka bersama Tuhan.

SEDIKIT PERCIKAN SEMANGAT
DAPAT MEMANTIK USAHA YANG BESAR

Kamis, 23 Oktober 2014

Munafik




Baca:  Mazmur 28:1-9

"...yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan."  Mazmur 28:3

Apa itu munafik?  Munafik memiliki arti:  bermuka dua, orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya, penuh dengan kepura-puraan, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan perbuatannya.  Dalam Perjanjian Baru  (PB)  kata munafik diterjemahkan dari kata Yunani, hupokrithes, yang diartikan:  seorang pemain drama atau sandiwara.  Peran/karakter yang mereka lakoni di atas panggung sangat bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari.

     Kemunafikan adalah hidup yang sedang in dalam kehidupan masyarakat di zaman sekarang ini, yang akhirnya menghasilkan budaya berpura-pura.  Munafik berarti penuh kepalsuan atau kepura-puraan.  Inilah yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.  Mereka sangat expert dalam hal Alkitab atau Taurat, tapi sayang hal ini tidak selaras dengan perbuatan.  Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik, karena hanya bisa mengajar orang lain tapi ia sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, bahkan perbuatan mereka sangat bertolak belakang.  Pelayanan hanya mereka jadikan topeng belaka.  Tuhan Yesus berkata,  "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (Matius 23:3).  Hidup dalam kemunafikan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh bertobat dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Karena tidak ingin kehilangan pamor atau reputasi, dengan segala upaya mereka berusaha menutupi segala kebobrokannya dengan menampilkan hidup yang seolah-olah rohani  (suci)  melalui aktivitas-aktivitas keagamaan dengan tujuan supaya dipuji, dihormati dan dihargai oleh orang lain.  "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:28).

     Apakah selama ini kita menjalani kehidupan kekristenan kita dengan penuh kepura-puraan?  Ibadah dan pelayanan yang kita lakukan jangan sampai hanya sebatas aktivitas jasmaniah, sementara hati dan perbuatan kita sangat jauh dari kebenaran.

Buanglah segala kemunafikan, sebab Tuhan sangat benci orang yang demikian!

Rabu, 22 Oktober 2014

TERUSLAH TERTAWA


Bacaan: Mazmur 126
NATS: (Amsal 17:22)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Seorang hakim memerintahkan seorang pria Jerman untuk berhenti tertawa di hutan. Joachim Bahrenfeld, seorang akuntan, dituntut ke pengadilan oleh salah seorang dari beberapa orang yang berjoging, dan berkata bahwa kegiatan joging mereka terganggu oleh ledakan tawa Bahrenfeld yang memekakkan telinga. Ia diancam akan dipenjara selama 6 bulan jika tertangkap sedang tertawa lagi. Bahrenfeld, 54 tahun, berkata bahwa hampir setiap hari ia pergi ke hutan untuk tertawa. Itu dilakukannya untuk melepaskan stres. "Bagi saya, tertawa adalah bagian dari hidup," katanya, "seperti makan, minum, dan bernapas." Ia merasa bahwa hati yang gembira, yang diungkapkan melalui tawa yang terbahak-bahak, penting bagi kesehatan dan kelangsungan hidupnya.
Hati yang gembira sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kitab Amsal 17:22 berkata, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur." Hati yang gembira memengaruhi jiwa dan kesehatan tubuh kita.
Namun, ada sukacita yang lebih dalam dan lebih bertahan lama bagi mereka yang percaya kepada Tuhan. Sukacita itu bukan sekadar didasarkan atas perasaan senang dan keadaan di sekitar kita, melainkan atas keselamatan dari Allah. Dia telah memberikan pengampunan dosa dan hubungan yang dipulihkan dengan-Nya melalui Yesus, Putra-Nya. Itu memberikan sukacita mendalam yang tidak dapat diusik oleh keadaan sekitar kita (Mazmur 126:2,3; Habakuk 3:17,18; Filipi 4:7).
Kiranya hari ini Anda mengalami sukacita karena telah mengenal Yesus Kristus! 

SUKACITA DATANG DARI TUHAN YANG HIDUP
DALAM DIRI KITA
BUKAN DARI SESUATU YANG TERJADI DI SEKITAR KITA

Selasa, 21 Oktober 2014

SELESAI



Bacaan: Yohanes 19:25-30
NATS: Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30)

Banyak harapan dan impian manusia yang kadang tidak terpenuhi. Seorang komposer yang bernama Franz Schubert wafat dengan meninggalkan karyanya Unfinished Symphony (Simponi yang Belum Selesai). Kejadian serupa juga dialami oleh penulis produktif Charles Dickens yang tidak dapat mengembangkan plot novelnya yang berjudul The Mystery of Edwin Drood.
Kita tentu juga memiliki banyak aspirasi yang belum dapat terpenuhi sampai saat ini. Akan tetapi, alangkah terberkatinya diri kita karena mengetahui bahwa karya penebusan kita secara total dan sempurna telah diselesaikan oleh Yesus di atas kayu salib.
Ucapan terakhir Yesus, "Sudah Selesai," sebenarnya hanya terdiri dari satu kata dalam bahasa aslinya (Yohanes 19:30). Akan tetapi, kata tersebut mengandung makna yang luas. Yang diucapkan oleh Yesus menjelang wafat-Nya dapat berarti "Lengkap!" atau "Berakhir!". Seruan dari atas salib itu menyatakan bahwa tidak hanya penderitaannya yang berakhir, tetapi juga karya penebusan-Nya yang kekal telah selesai. Semua yang telah dilakukan selama Dia menjalani hidup sebagai manusia, telah usai. Selesai!
Kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk menambahkan sesuatu pada kurban-Nya. Kematian Kristus yang menyerahkan diri-Nya sudah sangat cukup. Kita cukup mengulurkan tangan kosong dengan penuh iman, maka Allah dalam kemuliaan-Nya akan memberikan hidup kekal kepada kita.
Sudahkah Anda mengulurkan tangan dengan penuh iman untuk menerima karunia-Nya?

PENGURBANAN KRISTUS ADALAH HAL YANG DIKEHENDAKI ALLAH
DAN HAL YANG DIBUTUHKAN OLEH DOSA-DOSA KITA

Ibadah Setengah Hati


Baca:  2 Tawarikh 25:1-28

"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak dengan segenap hati."  2 Tawarikh 25:2

Tuhan sangat tidak senang dengan orang-orang yang melakukan segala sesuatu setengah hati, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan.  Mungkin secara kasat mata tampak berapi-api melayani Tuhan, tapi jika hati kita mendua dan tidak melakukannya dengan segenap hati, maka tidak berkenan di hati Tuhan.  Inilah juga yang dilakukan raja Amazia.

     Perhatikan ayat 14 ini:  "Ketika Amazia kembali, setelah mengalahkan orang-orang Edom itu, ia mendirikan para allah bani Seir, yang dibawanya pulang, sebagai allahnya. Ia sujud menyembah kepada allah-allah itu dan membakar korban untuk mereka."  Ternyata selain beribadah kepada Tuhan yang hidup Amazia juga menyembah berhala, bahkan ia mempersembahkan korban kepada mereka.  Zaman sekarang ini pun banyak orang Kristen yang secara lahiriah beribadah kepada Tuhan, sibuk melayani pekerjaan Tuhan, ternyata di sisi lain tetap menjalin persahabatan dengan dunia dan enggan memisahkan diri darinya.  Sikap demikian menyedihkan hati Tuhan!  Yakobus memperingatkan,  "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).

     Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak hanya dituntut untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, tetapi juga dipanggil untuk beribadah dan melayani Dia dengan sepenuh hati.  Jangan sampai kita terbawa oleh arus dunia ini dan silau dengan tawaran-tawaran dunia yang begitu menggiurkan dan menjanjikan kenikmatan.  Kilauan dunia inilah yang acapkali menawan hati kita dan mengalihkan perhatian kita dari kehidupan ibadah yang benar.  Akhirnya ibadah dan pelayanan yang kita lakukan hanya sebatas formalitas dan rutinitas belaka.  Jika demikian,  "...Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).

"Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu."  Keluaran 34:14

Kamis, 16 Oktober 2014

Selalu Menjaga Hati




Baca:  2 Korintus 5:11-21

"Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang."  2 Korintus 5:11

Hingga sekarang masih banyak orang Kristen kurang memahami arti 'takut akan Tuhan'.  Mereka seringkali menyamakan seperti ekspresi ketakutan ketika melihat film horor atau hal-hal yang menakutkan lainnya.  Benarkah demikian?

     Takut akan Tuhan adalah sikap respek kita kepada Tuhan, sehingga kita memandang Dia dengan penuh kekaguman, penghormatan dan menghormati-Nya sebagai Tuhan karena kekudusan, keagungan, kemuliaan dan kuasa-Nya yang besar.  Takut akan Tuhan berarti kalau kita membuat pelanggaran kita akan segera minta ampun kepada Tuhan, karena Dia adalah Tuhan yang tidak berkompromi dengan dosa.  Takut akan Tuhan adalah jalan yang mengantarkan kita melihat kemuliaan Tuhan, sebab  "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,"  (Mazmur 33:18).

     Wujud nyata dari orang yang takut akan Tuhan adalah selalu menjaga hati.  "Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu."  (2 Korintus 5:11b).  Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan kecantikan atau ketampanan seseorang;  Dia tidak butuh kemampuan dan kecakapan kita;  Dia tidak berminat dengan seberapa fasih lidah kita berbicara tentang isi Alkitab;  kita boleh saja tampak sibuk dengan pelayanan atau banyak memberi sumbangan untuk gereja dan hamba Tuhan, tapi hal itu tidak secara otomatis membuat-Nya tertarik dan berminat pada kita.  Yang Tuhan hendak lihat dan perhatikan adalah apakah kita memiliki hati yang bersih dan murni, karena segala perbuatan jahat yang terjadi di muka bumi ini dimulai dan bersumber dari hati  (baca  Matius 15:18-19).  Bahkan Yeremia pun mengakuinya,  "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu,"  (Yeremia 17:9).  Bukankah ada banyak orang Kristen yang melayani Tuhan atau melakukan perbuatan-perbuatan baiknya bukan bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan, tapi hanya sekedar ingin dipuji dan dihormati manusia?

"Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."  Yeremia 17:10

Darimana Kebahagiaan Itu Sebenarnya?



John C Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara di sebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di salah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.
Ceritanya, suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di bangku paling depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah dari peserta seminar juga kan?
Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"
Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."
Seluruh ruangan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia."
Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell. Dan Maxwell juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar.
Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."
Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"
"Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."
Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.
Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Ini masalah pilihan: apakah kamu memilih untuk bahagia atau tidak.

Selasa, 14 Oktober 2014

Point Of View



Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan." Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si pemuda. "Oh... saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua",jawab ibu itu." Wouw... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya." Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu?? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??"" Oh ya tentu " si Ibu bercerita :"Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.""

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. " Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, " anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak". Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar."

Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Do you want to know the answer??????...

........Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
" Ooo ...tidak tidak begitu nak....Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Today's lesson : 
Everybody in the world is important. Open your eyes. ...your heart....your mind....your point of view because we can't make summary before reading "the book "completely. A wise man said...The more important thing is not WHO YOU ARE But WHAT YOU HAVE DONe.

Senin, 06 Oktober 2014

Mengatasi Keraguan



Nats : Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku. Kakiku berdiri di tanah yang rata (Mazmur 26:11,12)
Bacaan : Mazmur 26
Terkadang, ketika dituduh melakukan kesalahan, saya mendapati diri saya mempertanyakan ketulusan hati saya sendiri. Saat itulah saya mengikuti teladan Daud di Mazmur 26 dalam menanggapi kritik yang ditujukan kepadanya.
Ia langsung berseru kepada Tuhan, dan mengungkapkan keyakinannya yang teguh bahwa ia telah hidup dalam “kejujuran” (dalam bahasa Ibrani berarti ketulusan, bukan kesempurnaan). Ia memohon supaya Allah membuktikan bahwa ia benar, karena ia tidak bergaul dengan orang fasik dan ia mencintai Bait Allah. Ia juga memohon agar dihindarkan dari nasib yang menimpa orang-orang berdosa (ayat 1-10). Akhirnya, Daud menegaskan kembali keputusannya untuk hidup dalam ketulusan, dan dengan rendah hati meminta Allah untuk membebaskan dan mengasihaninya (ayat 11).
Apa yang terjadi kemudian? Allah meyakinkan Daud bahwa ia berdiri di “tanah yang rata” (ayat 12). Pernyataan itu menyiratkan bahwa Daud telah berada di tempat aman, diterima, dan dijaga Tuhan. Maka Daud menutup mazmurnya dengan perkataan yang penuh keyakinan dan pengharapan.
Apakah kritik yang tajam dan menyakitkan atau tuduhan yang membuat Anda merasa bersalah membuat Anda menjadi takut dan ragu pada diri sendiri? Bicarakanlah dengan Tuhan. Jika Anda merasa perlu mengaku dosa, lakukanlah. Lalu serahkan harapan dan keyakinan Anda kepada Allah. Dia akan mengganti ketakutan dan keraguan Anda dengan kedamaian-Nya yang bersifat adikodrati. Dia telah melakukannya bagi saya, dan akan melakukan hal yang sama kepada Anda --Herb Vander Lugt
Dengan Mempertebal Iman
Keraguan Anda Akan Hilang

Menolak Kesenangan Dunia




Baca:  Ibrani 11:23-29

"karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  Ibrani 11:25

Orang-orang dunia acapkali menilai  'harga'  seseorang dari harta, gelar, popularitas, pangkat atau kedudukan.  Wajarlah jika kita menilai bahwa tindakan Musa melepas kehormatan di Mesir adalah tindakan bodoh?  Benarkah?  Secara duniawi, ya...tapi dari sudut pandang rohani justru Musa telah mengorbankan perkara-perkara duniawi  (fana)  demi mendapatkan berkat yang sifatnya kekal.

     Keputusan Musa ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Paulus, yang rela melepaskan semuanya demi Kristus,  "...yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).

     Adalah mudah bagi seseorang yang tidak memiliki harta atau segala sesuatu yang berharga di dunia ini untuk membuat keputusan mengikut Tuhan dan mengerjakan panggilan-Nya.  Sebaliknya teramat sulit bagi orang seperti Musa yang memiliki segala-galanya, apalagi dalam usia 40 tahun tentunya sudah banyak menikmati kenyamanan.  Demi merespons panggilan Tuhan Musa memutuskan meninggalkan segala kesenangan duniawi.  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:15-16).

     Dari semula kesenangan duniawi memikat hati dan menyilaukan mata manusia.  Karena itu banyak orang memilih bersahabat dengan dunia ini dan menjadi musuh Allah.  Mereka lupa bahwa dampak dosa sangat mengerikan,  "Sebab upah dosa ialah maut;"  (Roma 6:23).  Kehidupan orang fasik itu akan berujung kepada maut, tapi  "...orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  (1 Yohanes 2:17).

Mana yang kita pilih?  Memilih kesenangan dunia tapi berujung maut atau kita bertekad untuk meninggalkan dosa seperti Musa?

Kamis, 02 Oktober 2014

Cerita Motivasi: Keluhan Anak Pada Ayahnya



Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Oh Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capek, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?
” Puji Tuhan. Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda beragama yang kuat, yang tetap tabah dan sabar maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah ,aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

OLAHRAGA DAN KERENDAHAN HATI



Bacaan: Efesus 4:1-3
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu (Efesus 4:2)
Pada 2 Mei 2003, sekolah putri saya, Melissa, memberikan penghargaan yang besar dengan mempersembahkan lapangan atletik baru di sekolah itu untuk mengenang Melissa. Pada upacara untuk menandai pembukaan Melissa Branon Memorial Softball Field, sekolah itu membuka selubung batu peresmian untuk mengingatkan generasi selanjutnya akan seorang gadis yang mengenakan kaus bernomor 11.
Pada batu peresmian itu tertulis: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu" (Efesus 4:2)-sebuah ayat yang telah Melissa tandai di Alkitabnya.
Betapa seringnya dalam hidup ini kerendahan hati dan kelemahlembutan tidak lagi dimiliki. Sebaliknya, kesombongan dan kekasaran menandai ukuran kesuksesan. Namun, Melissa dan teman-temannya dapat bertanding dengan sukses dalam olahraga atletik tingkat sekolah menengah tanpa menunjukkan sifat-sifat tadi.
Salah seorang teman satu tim Melissa menulis tentang Melissa: "Sikapmu yang pantang mundur, maju terus, dan pantang menyerah benar-benar membangkitkan semangatku." Itulah cara Melissa dan teman satu timnya bertanding demi kemuliaan Allah, yaitu tanpa kesombongan.
Persaingan yang dikendalikan dengan benar dapat berlangsung dengan baik dalam kehidupan kita. Akan tetapi, kita harus senantiasa ingat untuk tetap rendah hati dan lemah lembut dalam segala hal yang kita lakukan. Kita harus mencerminkan karakteristik kehidupan yang serupa dengan Kristus.


BERSIKAPLAH RENDAH HATI
MAKA ANDA TIDAK AKAN TERANTUK